Minggu, 10 Januari 2016

Enam Keutamaan Silaturahim

Silaturahim (ilustrasi).
Silaturahim merupakan salah satu kewajiban bagi setiap pribadi Muslim. Dalam Alquran, Allah menegaskan, “Dan bertakwalah kepada Allah yang kalian saling meminta dengan nama-Nya dan sambunglah tali silaturahim.’ (QS. An-Nisa [4]:1).

“Sebarkanlah salam, sambunglah tali silaturahim, dan shalatlah ketika manusia tidur (tahajud) niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga pemutus tali silaturahim.”

Dalil-dalil di atas menunjukkan arti penting akan kewajiban silaturahim. Sebab, di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan keistimewaan. Di antaranya, pertama, dengan silaturahim, kita bisa saling mengenal antara yang satu dan yang lainnya (QS Al-Hujurat [49]: 13). Dengan silaturahim, kasih sayang dan kerja sama yang positif bisa diwujudkan.

Kedua, dengan silaturahim, persatuan dan kesatuan (ukhuwah Islamiah) akan dapat dibangun. Dengan silaturahim, akan timbul rasa saling membutuhkan, solidaritas, dialog, pengertian, dan menguatkan kerjasama dalam perjuangan yang kokoh.

Rasulullah SAW bersabda, “Tangan Allah berada di atas jamaah.” Dalam hadis lain dikatakan, “Persatuan (al-jamaah) itu rahmat dan perpecahan (al-firqah) adalah azab.”

Berdasarkan hadis di atas, Allah SWT senantiasa akan menolong hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersatu dan menjauhkan diri dari perpecahan.

Hal ini terbukti dalam sejarah Islam ketika umat Islam bersatu, Allah menolong mereka hingga mampu menguasai sejumlah wilayah bahkan mampu menundukkan dua imperium besar, yakni Romawi dan Persia. Sebaliknya, pada saat umat Islam berpecah belah, terjadilah perang saudara dan saling membunuh hingga merusak kekuatan Islam.

Ketiga, dengan silaturahim, berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat akan mudah diatasi. Baik masalah ekonomi, pendidikan, kebudayaan, maupun lainnya. Keempat, silaturahim juga akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan horizontal yang terjadi di masyarakat.

Sebab, dengan mengedepankan kasih sayang, sikap emosional dalam diri umat yang bisa memicu permusuhan dapat diatasi dengan baik. Dengan demikian, akar persoalan pun akan ditemukan dan bisa diselesaikan dengan damai.

Kelima, dengan silaturahim, berbagai ide-ide dan gagasan yang brilian, inovasi-inovasi, program-program, dan kegiatan-kegiatan yang positif juga bisa diwujudkan.

Ketika umat Islam berkumpul dalam kasih sayang dan semangat kebersamaan, akan muncul ide-ide kreatif dalam memacu umat untuk mencapai kemakmuran bersama. Kondisi ini jauh lebih bermanfaat di bandingkan sendirian. Dan sesungguhnya, kejayaan umat Islam di masa lalu berawal dari silaturahim.

Keenam, dengan silaturahim, akan banyak ilmu pengetahuan yang tersebar. Dengan demikian, akan banyak pula ilmu dan wawasan yang bisa diserap darinya. Dari sini diketahui bahwa silaturahim menjadi media menumbuhkan wawasan persatuan dan kesatuan.

Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk senantiasa menyambung silaturahim demi memperkuat ukhuwah Islamiah (sesama umat Islam), ukhuwah basyariah (kemanusiaan), dan ukhuwah wathaniah (semangat cinta tanah air).
-----------------------------
 Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/09/06/m9x914-enam-keutamaan-silaturahim

Sabtu, 09 Januari 2016

... Kita Bilang Mereka Cacat ...




" ... Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhan - mu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu dan menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu..." (QS. Al - Infitar : 6 - 8)

Kita sering menyebut mereka cacat. Hanya karena matanya yang tak dapat melihat, telinga yang tak mampu mendengar, lisan yang tak mampu berkata - kata, kaki yang tak mampu melangkah, tangan yang tak bisa melakukan apapun. Label yang di berikan manusia lain yang merasa dirinya sempurna. Padahal Allah selalu menciptakan segala sesuatu dengan sempurna. Tak ada satupun ciptaanNya yang tak sempurna. Bahkan manusia adalah sebaik - baiknya ciptaan Allah.

Tak ada satupun kejadian yang tak mengandung hikmah. Manusia di tuntut untuk pandai memaknainya seperti yang Allah tuntun dalam Al - Qur'an. Kadang dengan tubuh yang lengkap dan 'sempurna' kita justru sering menyombongkan tubuh pinjaman ini.

Suatu ketika seseorang bertanya, "Kenapa Allah menciptakan orang cacat ?"
Saya jawab bahwa Allah tidak pernah menciptakan sesuatu yang cacat, cacat hanya label yang di berikan oleh manusia lain. Semua manusia sempurna di hadapanNya.

Mereka yang di beri kekurangan oleh Allah sebenarnya di jadikan alat bagiNya untuk mengajarkan kita agar lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Mereka yang kita sebut cacat adalah jalan bagi kita untuk lebih menghargai apa yang Allah berikan dan bersyukur dengan segala nikmat - nikmat yang ada.

Mereka yang di ciptakan Allah tanpa mata, sedang di jaga oleh Allah agar tak bermaksiat dengan matanya. Tapi dari mereka kita bisa melihat banyak hal yang menakjubkan. Seorang Beethouven yang tuna rungu mampu mempesona kita dengan karya - karyanya yang luar biasa indah. Seorang tuna rungu mengarang begitu banyak simponi lagu yang sulit dan indah.

Mereka yang “cacat” tidak pernah minta di lahirkan dalam kondisi demikian. Keadaan tersebut sebenarnya menjadi sebuah pelajaran berharga yang ingin Allah sampaikan pada kita. Mampukah si “cacat” tetap bersyukur dengan keadaan yang dimilikinya ? dan bagi kita yang dilahirkan dengan normal mestinya bisa lebih bersyukur lagi di lahirkan dengan keadaan yang jauh lebih baik.

Rasa syukur itu bisa kita wujudkan dengan memaksimalkan potensi diri untuk berbuat baik kepada sesama, dan membantu mereka yang memiliki keterbatasan itu. Bukan justru mengolok - olok dan menganggap remeh mereka. Karena bisa jadi mereka jauh lebih baik dari kita.

Ternyata keterbatasan tidak membuat mereka berbeda dengan yang normal dan lengkap secara jasmani. Bahkan kiprah mereka jauh lebih banyak dari yang di lakukan orang normal. Dari sini seharusnya kita yang normal ini mampu bercermin dari semangat dan kegigihan mereka. Dari mereka kita harus mampu mengambil banyak pelajaran yang bisa kita terapkan dalam meraih prestasi. Kalau mereka yang berada dalam kondisi terbatas saja mampu melakukannya, seharusnya kita bisa melakukannya lebih baik lagi.

Yang terutama dari semua itu adalah bentuk rasa syukur kita terhadap apa yang sudah kita terima sebagai nikmat. Sikapi semua kejadian dengan sikap terbaik kita. Lihatlah saudara - saudara kita yang hidup dengan keterbatasan sebagai cermin untuk rasa syukur kita.
--------------------
Sumber : http://www.kompasiana.com/maya.purnami/kita-bilang-mereka-cacat_54ff4d99a33311bd4c50fb0e