Berikut ini merupakan kisah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad yang
ditulis berdasarkan beberapa hadis dan riwayat para penulis Islam.
Isra’ Mi’raj berasal dari dua kata yaitu: Isra’ dan Mi’raj. Isra’
berarti perjalanan malam (perjalanan dari Masjidil Haram ke masjidil
Aqsa) dan Mi’raj berarti naik ke langit. Peristiwa Isra’ Mi’raj ini
merupakan suatu peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam karena
dalam peristiwa ini didapat perintah untuk melakukan sholat yang
diwajibkan bagi seluruh umat Islam.
Peristiwa Isra’ Mi’raj
terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 621 M, 3 tahun sebelum hijrah. Nabi
Muhammad SAW saat itu berusia 51 tahun. Peristiwa luar biasa ini terjadi
mulai dari lepas tengah malam sampai menjelang waktu subuh waktu Mekah.
Sebelum peristiwa itu terjadi, Rasulullah mengalami keadaan duka cita
yang sangat mendalam. Beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah.
Lalu beliau juga ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib, yang
sangat melindungi Nabi Muhammad. Karena ditinggalkan kedua orang yang
sangat disayangi tersebut membuat beliau sangat berduka cita. Karena itu
Allah SWT menghibur Nabi Muhammad dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit untuk bertemu dengan Allah SWT.
Awal Perjalanan
Pada suatu malam tanggal 27 Rajab, Allah S.W.T memberikan wahyu kepada
Malaikat Jibril a.s., “Janganlah engkau (Jibril) bertasbih pada malam
ini dan engkau ‘Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini.”
Malaikat Jibril a.s. bertanya, ” Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?”
Allah S.W.T berfirman, maksudnya, “Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah
engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad
dengan buraq itu.”
Kemudian Jibril pun pergi ke syurga tempat dimana
buraq berada. Kemudian dia menemukan 40 juta buraq di taman syurga.
Setiap buraq memiliki mahkota di keningnya bertuliskan kata-kata, “Tiada
Tuhan selain Allah, dan Muhammad utusan Allah.” Di antara buraq itu,
Jibril melihat pada seekor buraq yang memisahkan diri sendirian seraya
menangis bercucuran air matanya. Jibril menghampiri buraq itu lalu
bertanya, “Mengapa engkau menangis, ya buraq?”
Berkata buraq, “Ya
Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 ribu
tahun yang lalu, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan
aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mau makan dan
minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan.”
Berkata Jibril a.s., “Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu.”
Kemudian Jibril a.s. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu untuk dibawa kepada Nabi Muhammad S.A.W.
***
Pada malam itu Nabi Muhammad SAW. sedang berbaring di antara dua orang
yaitu paman beliau, Hamzah dan sepupu beliau, Ja’far bin Abi Thalib yang
sedang tidur di dekat Kabah, tiba-tiba datang kepada beliau 3 orang
lelaki yang ternyata adalah malaikat Jibril dan Mika’il beserta seorang
malaikat lain. Ketika itu Muhammad terbangun oleh suara yang
memanggilnya, “Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!” Dan ia pun
terbangun, di hadapannya sudah berdiri Malaikat Jibril.
Jibril
memerintahkan malaikat lain mengangkat Rasulullah ke suatu tempat.
Kemudian ketiga malaikat tersebut membawa Nabi Muhammad saw. ke sumur
Zamzam, lalu mereka menelentangkan beliau. Kemudian Jibril membelah
badan beliau mulai dari tenggorokan sampai ke bawah perut beliau. Lalu
Jibril berkata kepada Mikail: “Bawakan kepadaku satu baskom air zamzam
agar aku dapat membersihkan hati beliau. Jibril mengoperasi dada beliau,
kemudian mengeluarkan hati beliau dan membasuhnya tiga kali serta
membuang ketul hitam (‘alaqah) yaitu tempat syaitan membisikkan
waswasnya dari hati beliau; kemudian mereka meletakkannya kembali di
tempat asal. Mikail tiga kali membawakan baskom berisi air zamzam kepada
Jibril. Kemudian didatangkan sebuah baskom emas yang penuh dengan
hikmah dan keimanan dan dituangkan habis ke dada Nabi saw; dan dada
beliau dipenuhi dengan kesabaran, ilmu, keyakinan dan keislaman;
kemudian ditutup kembali dan di antara kedua belikat beliau distempel
dengan stempel kenabian. Semua proses itu tidak menimbulkan sakit
sedikit pun kepada Nabi. Setelah selesai, Nabi diminta agar berwudlu.
Masjidil Haram tempat awal perjalanan
Kemudian didatangkan seekor buraq yang telah diberi pelana dan kendali.
Buraq itu adalah binatang yang putih, panjang, lebih besar dari keledai
tetapi lebih kecil dari baghal (baghal: hewan peranakkan dari kuda dan
keledai). Buroq memiliki empat kaki. Buraq ini dapat meloncat sejauh
batas pandangannya; kedua telinganya selalu bergerak. Jika menaiki
gunung kedua kaki belakangnya memanjang dan jika menuruni jurang kedua
kaki depannya memanjang. Dia mempunyai dua sayap pada kedua pahanya yang
dapat membantu dan memperkuat kecepatannya. Ketika Nabi SAW mula-mula
hendak menunggang Buraq, buroq bertingkah liar sehingga menyulitkan Nabi
Muhammad SAW. untuk menaikinya. Kemudian Jibril meletakkan tangannya
pada leher buraq seraya berkata: “Adakah engkau tidak malu wahai buraq?;
demi Allah, tidak ada seorang makhlukpun yang menaikimu yang lebih
mulia menurut Allah dari pada beliau, maka malulah si buraq, lalu
berbaring dan tenang sehingga Nabi SAW. dapat menaikinya.
***
Peristiwa Isra’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa
Nabi Muhammad merasa bahagia pada waktu itu karena beliau dapat
mengendarai buraq. Jibril memegang tali kekang sementara Mikail memegang
pelana. Israfil memegang kain pelana. Buraq bergerak di angkasa dalam
sekejap mata. Tidak berapa lama Nabi menunggang Buraq, sampailah beliau
dan Jibril ke suatu tempat yang banyak pohon kurmanya. Jibril berkata, “
Ya Muhammad, turun dan berdoalah kepada Allah di tempat ini. Nabi
disuruh oleh Jibril agar melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat. Kepada
Nabi, Malaikat Jibril menjelaskan, “Tahukah engkau bahwa engkau shalat
di Thaibah (Madinah) dan disitulah engkau kelak berhijrah”.
Kemudian
perjalanan dilanjutkan. Di suatu tempat Jibril menyuruh Nabi SAW turun
untuk shalat sunnah 2 rakaat. “Inilah Thuur Sina, tempat Musa
bercakap-cakap langsung dengan Tuhannya” kata Jibril. Perjalanan
dilanjutkan kembali dan untuk ketiga kalinya Jibril memerintahkan untuk
berhenti disuatu tempat dan menyuruh melakukan shalat sunnah 2 rakaat
lagi. Setelah selesai sholat berkatalah Jibril kepada Nabi saw.,
“Tahukah engkau dimana engkau sholat kali ini?” Engkau sholat di Baitul
Lahm, tempat Isa a.s. dilahirkan”.
***
Perjalanan
diteruskan lagi. Dalam perjalanan ke Baitul Maqdis, Nabi diperlihatkan
dengan berbagai pemandangan simbolik. Setiap kali melihatnya, Jibril
menerangkan hakikat sebenarnya peristiwa tersebut.
1. Tiba-tiba Nabi
Muhammad saw. melihat Jin Ifrit yang membuntuti beliau dengan membawa
obor. Setiap kali beliau menoleh, beliau melihatnya menyebabkan mata
Rasulullah sentiasa berpaling ke arahnya. Kemudian malaikat Jibril
berkata, “Adakah engkau mau aku ajarkan kalimat untuk menghalau Ifrit
itu?” Nabi saw. bersabda, “Baik!”.
Lalu malaikat Jibril berkata,
“Ucapkan: Aku berlindung dengan wajah Allah Yang Maha Mulia dan dengan
kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tidak ada orang yang baik dan
tidak pula orang yang durhaka dapat melampauinya, dari kejahatan apa
saja yang turun dari langit dan dari kejahatan apa saja yang naik ke
langit; dari kejahatan apa saja yang masuk ke dalam bumi dan dari
kejahatan apa saja yang keluar dari bumi; dari fitnah-fitnah di waktu
malam hari dan di waktu siang hari; dari bencana-bencana dari malam hari
dan siang hari, kecuali bencana yang datang dengan kebaikan, wahai Dzat
Yang Maha Penyayang!
Setelah Nabi Muhammad saw. membaca doa tersebut, maka jin Ifrit yang membuntuti beliau jatuh tersungkur dan obornya padam.
---------------------------------
2. Kemudian Nabi melihat kaum yang menanam tanaman pada suatu hari dan
pada hari itu pula tanaman tersebut dapat dipanen. Dan setiap kali
dipanen, buahnya kembali lagi seperti semua. Setelah ditanyakan kepada
malaikat Jibril beliau mendapat jawaban bahwa apa yang beliau lihat itu
adalah gambaran dari orang-orang yang berjuang untuk membela agama
Allah. Amal baik mereka dilipatkan gandakan sampai 700 kali.
---------------------------------
3. Nabi
Muhammad saw. mencium bau harum. Setelah ditanyakan kepada malaikat
Jibril tentang bau apakah yang tercium oleh Nabi Muhammad saw. tersebut;
beliau mendapat jawaban bahwa bau tersebut adalah bau dari Masyithah
beserta suami dan kedua anaknya yang dibunuh oleh raja Fir’aun dari
Mesir yang mengaku sebagai Tuhan, karena mempertahankan imannya dan
mengingkari ketuhanan Fir’aun.
---------------------------------
4. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang
membentur-benturkan kepala mereka pada batu sehingga kepala mereka itu
pecah. Dan setiap kali kepala mereka pecah, maka pulih kembali, lalu
mereka benturkan kembali. Pekerjaan tersebut mereka lakukan
terus-menerus tanpa berhenti. Nabi Muhammad saw. mendapat jawaban dari
malaikat Jibril atas pertanyaan beliau, bahwa perbuatan tersebut adalah
gambaran dari siksaan yang akan diberikan di hari kiamat kepada
orang-orang yang malas melakukan shalat wajib dan sering mengakhirkan
dari waktunya.
-------------------------------------
5. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang pergi
berombongan seperti kawanan unta dan kambing yang pergi ke tempat
penggembalaan dalam keadaan telanjang. Hanya kemaluan dan dubur mereka
saja yang tertutup dengan secarik kain. Mereka makan kayu berduri yang
sangat busuk baunya (kayu dlari’), buah zaqqum (buah tetumbuhan yang
sangat pahit) dan bara serta batu-batu dari neraka Jahannam. Malaikat
Jibril menerangkan bahwa kaum tersebut adalah gambaran dari ummat Nabi
Muhammad saw. yang tidak mau membayar zakat, baik zakat wajib maupun
zakat sunnat. Allah swt. sama sekali tidak menganiaya mereka; tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
-------------------------------------------
6. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang menghadapi dua potong daging. Yang
sepotong daging yang telah masak dalam sebuah kendil, sedang yang
sepotong lagi daging mentah yang busuk. Kaum tersebut melahap daging
mentah yang busuk serta meninggalkan daging yang telah masak. Kaum
tersebut adalah gambaran dari ummat Nabi yang telah mempunyai isteri
yang halal dan baik, tetapi mereka mendatangi pelacur dan tidur bersama
pelacur sampai pagi; dan gambaran dari para wanita yang telah mempunyai
suami yang halal dan baik, tetapi mereka mendatangi laki-laki hidung
belang dan tidur bersamanya sampai pagi.
----------------------------------------
7. Nabi Muhammad saw. melihat
kayu yang melintang di tengah jalan, sehingga tidak ada pakaian atau
lainnya yang melewatinya, kecuali kayu tersebut menyobekkannya. Keadaan
tersebut adalah sebagai gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang suka
duduk-duduk di jalanan sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas.
Setelah menjawab pertanyaan Nabi Muhammad saw. malaikat Jibril membaca
ayat Al Qur’an yang tersebut dalam surat Al A’raf ayat 86 yang antara
lain berbunyi sebagai berikut: Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap
jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman
dari jalan Allah ….
----------------------------------------------
8. Nabi Muhammad saw. melihat orang laki-laki yang
berenang di sungai darah dengan menelan batu. Ini adalah gambaran dari
orang yang memakan riba.
-------------------------------------------------
9. Nabi Muhammad saw. melihat orang laki-laki
yang mengumpulkan kayu bakar. Laki-laki tersebut tidak kuat membawanya;
akan tetapi jumlah kayu bakar tesebut tidak dikurangi, melainkan
ditambahi. Ini adalah gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang
memangku tugas atau jabatan rangkap. Dia tidak mampu menunaikan
amanat-amanat dari tugas-tugas dan jabatan-jabatan tersebut, akan tetapi
masih mau menerima tugas dan jabatan lainnya.
----------------------------------------------
10. Nabi Muhammad saw.
melihat kaum yang mengguntingi lidah dan bibir mereka dengan gunting
besi. Setiap kali lidah dan bibir mereka digunting, maka lidah dan bibir
tersebut kembali seperti sedia kala. Mereka melakukan hal tersebut
terus menerus tanpa berhenti. Ini adalah ibarat dari tukang-tukang
khutbah yang menimbulkan fitnah, yaitu tukang-tukang khutbah dari ummat
Nabi Muhammad saw. yang meng-khutbahkan apa yang mereka sendiri tidak
melakukannya.
----------------------------------------------
11. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang mempunyai
kuku-kuku dari logam. Mereka mencakari muka dan dada mereka dengan kuku
tersebut. Ini adalah ibarat orang-orang yang senang menggunjing orang
lain dan melecehkan kehormatan orang lain.
------------------------------------------------
12. Nabi Muhammad saw.
melihat sapi jantan yang besar keluar dari lubang yang kecil. Sapi
tersebut ingin masuk kembali ke dalam lubang tempat ia keluar, akan
tetapi tidak dapat. Ini adalah ibarat dari orang yang mengucapkan
omongan yang besar, kemudian dia menyesalinya, tetapi tidak dapat
menarik kembali omongan tersebut.
---------------------------------------------------
13. Nabi Muhammad saw. mendengar
panggilan dari arah kanan: “Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan
meminta kepadamu !”. Nabi Muhammad saw. tidak menjawab, kemudian
malaikat Jibril menerangkan kepada Nabi Muhammad saw.: “Panggilan tadi
adalah panggilan dari orang-orang Yahudi. Jika engkau memenuhi panggilan
tersebut, niscaya banyaklah di kalangan umat engkau yang menjadi
Yahudi.
Nabi Muhammad saw. mendengar panggilan dari arah kiri:
“Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !”. Nabi
Muhammad saw. tidak menjawab, kemudian malaikat Jibril berkata kepada
beliau: “Panggilan tadi adalah panggilan dari orang-orang Nasrani dan
jika engkau menjawab seruan itu tadi, wahai Muhammad, niscaya banyaklah
di kalangan umat engkau yang menjadi Nasrani.”
-------------------------------------------------------
14. Nabi Muhammad saw.
melihat wanita yang terbuka kedua lengan bawahnya dan memakai segala
macam perhiasan. Wanita tersebut berkata: “Wahai Muhammad, pandanglah
aku; aku akan meminta kepadamu !”. Nabi Muhammad saw. tidak menolehnya.
Setelah Nabi Muhammad saw. bertanya kepada malaikat Jibril tentang
siapakah wanita tersebut, maka malaikat Jibril menjawab: “Itulah dunia!;
jika engkau memenuhi panggilannya, niscaya ummat engkau lebih
mementingkan dunia dari pada akhirat.
------------------------------------------
15. Nabi Muhammad saw. bertemu
dengan seorang tua yang mengajak beliau untuk menyimpang dari jalan yang
akan dilaluinya sambil berkata: “Kemari Muhammad !”. Malaikat Jibril
berkata: “Terus lurus Muhammad !”. Nabi Muhammad saw. bersabda kepada
Jibril: “Siapakah dia ?”. Jibril menjawab: “Dia adalah Iblis, musuh
Allah, yang menginginkan agar engkau cenderung kepadanya!”.
-------------------------------------------
16. Nabi
Muhammad saw. bertemu dengan seorang wanita tua di pinggir jalan
memanggil Nabi saw.: “Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta
kepadamu !!”. Malaikat Jibril berkata bahwa wanita tua itu adalah
gambaran dari umur dunia yang tidak lagi tersisa kecuali seperti sisa
umur dari wanita tua tersebut.
***
Selepas menyaksikan
berbagai pemandangan simbolik itu, akhirnya sampailah mereka di Baitul
Maqdis. Kemudian Nabi mengikatkan buraq itu sebagaimana yang biasa
dilakukan oleh para Nabi. Nabi Muhammad kemudian memasuki puing-puing
kuil Sulaiman. Di sana telah menanti satu jemaah. Beliau menemukan kuil
itu penuh dengan malaikat yang menantikannya. Lalu juga dilihatnya arwah
para Nabi sejak nabi Adam as. sampai dengan nabi Isa as.. Nabi Muhammad
bertanya kepada Jibril siapa mereka.
Jibril menjawab, “Mereka
adalah saudaramu diantara para nabi dan malaikat ini adalah para
pemimpin seluruh malaikat di surga.” Jibril kemudian berkata, “Ya,
Muhammad, orang paling mulia dalam pandangan Allah, memimpin sholat.”
Oleh Jibril Nabi Muhammad dikedepankan untuk menjadi Imam untuk shalat
berjamaah. Nabi kemudian menjadi imam sholat berjamaah sebanyak dua
rakaat. Seluruh nabi dan malaikat mengikutinya.
Setelah selesai
sholat bersama para Nabi, Beliau keluar dari Masjidil Aqsha, kemudian
Nabi s.a.w. berkata kepada Jibril: Wahai Jibril aku merasa haus.
Kemudian beliau didatangi dengan semangkuk arak dan semangkuk susu oleh
Jibril a.s. Nabi Muhammad memilih susu. Lalu Jibril a.s berkata: “Engkau
telah memilih fitrah.” “Benar, engkau telah memilih air susu adalah
lambang kesucian dan seandainya engkau mengambil minuman keras niscaya
akan tersesatlah engkau dan umat engkau.”
Peristiwa Mi’raj
Setelah menunaikan ibadah di Baitul Maqdis kemudian didatangkan sebuah
tangga syurga yang lalu dipancangkan di atas batu. Batu pijakan Nabi
Muhammad s.a.w saat akan mi’raj itu disebut Shakhrah al-Muqaddasah (batu
yang disucikan). Nabi Muhammad belum pernah melihat sesuatu yang lebih
indah daripada tangga yang dilihatnya itu. Tangga Mi’raj itu dibuat dari
emas dan perak berlapis mutiara. Tangga itu menjulang dari Baitul
Maqdis ke langit dunia. Di sebelah kanannya ada 400 ribu malaikat,
disebelah kirinya juga 400 ribu malaikat, di depannya seribu malaikat
dan di belakangnya juga seribu malaikat.
Malaikat jibril menaikkan
Nabi ke tangga. Jarak antar anak tangga sejauh perjalanan empat puluh
tahun. Perjalanan mi’raj mula-mula memasuki langit dunia. Ketika naik ke
langit Nabi Muhammad melihat keindahan yang belum pernah dia lihat
sebelumnya. Jibril membawa Nabi hingga tiba di depan pintu langit yang
disebut pintu Hafadzah (pintu langit dunia). Di pintu itu ada malaikat
penjaga yang disebut Isma’il. Dia memiliki 12.000 pembantu dan setiap
pembantu memiliki 12.000 pesuruh.
Langit pertama
Jibril a.s
meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah
engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu?
Jibril a.s menjawab: Nabi Muhammad saw. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah
Nabi Muhammad s.a.w telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, Beliau
telah diutuskan. Lalu Ismail membuka gerbang surga dan Nabi Muhammad
bertukar salam dan saling mendoakan. Malaikat Isma’il berkata,dikatakan
“Selamat datang wahai anak yang soleh dan nabi yang soleh.”
Ketika
memasuki langit pertama, Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan
malaikat-malaikat yang menyambutnya. Malaikat-malaikat itu menyambutnya
dengan tersenyum sambil membaca doa-doa, tetapi ada malaikat yang turut
berdoa tetapi sama sekali tidak tersenyum, wajahnya tampak memberengut.
Nabi Muhammad s.a.w bertanya pada Jibril tentang malaikat yang tidak
tersenyum itu. Jibril menjawab: “Jika saja dia pernah tersenyum kepada
orang sebelum kamu atau sesudah kamu , maka dia akan tersenyum kepadamu.
Namun dia tidak pernah tersenyum, dia adalah Malik, malaikat penjaga
neraka.”
Nabi Muhammad s.a.w berkata kepada Jibril, “Tidakkah dapat
kamu minta kepadanya untuk menunjukkan neraka kepadaku? Jibril
mengatakan, “Baik, wahai malaikat tunjukkan neraka kepada Muhammad!”
Kemudian malaikat itu membuka penutupnya, maka terlihat api neraka yang
bergejolak sampai Nabi mengira api itu akan menelan apa saja. Nabi
Muhammad s.a.w berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, perintahkan
mengembalikan ke tempatnya. Maka Jibril pun menyuruhnya untuk
menutupnya. Malaikat penjaga neraka itu berkata, “Padamlah”. Maka
kembalilah tutup itu ke tempat semula.
Setelah itu Nabi Muhammad
s.a.w melihat seorang sedang menghadapi ruh-ruh manusia. Apabila
kepadanya dihadapkan ruh yang baik ia gembira dan berkata : “Ruh yang
baik keluar dari jasad yang baik”.
Apabila dihadapkan kepadanya ruh
yang jahat, wajahnya memberangus sambil berucap : “Cis ! Ruh jahat
keluar dari jasad yang jahat.
Nabi bertanya kepada Jibril ;”Siapakah orang itu hai Jibril?”.
Ia menjawab : “Dia Adam ayah engkau. Semua ruh anak cucunya akan melewati dia.
Ketika Nabi Muhammad saw bertemu dengan Nabi Adam a.s, Beliau disambut serta Nabi Adam a.s, mendoakannya dengan doa kebaikan.
Selanjutnya nabi Muhammad s.a.w melihat orang-orang bermoncong seperti
moncong unta, tangan mereka memegang segumpal api seperti batu-batu,
lalu dilemparkan ke dalam mulut mereka dan keluar dari dubur. Nabi
Muhammad s.a.w bertanya: “Siapa mereka itu, Jibril?”. “Mereka yang
memakan harta anak-anak yatim secara tidak sah,” jawab Jibril.
Kemudian beliau melihat orang-orang dengan perut yang sangat besar. Nabi
belum pernah melihat orang-orang seperti itu kecuali dari keluarga
Fir’aun. Mereka berjalan seperti unta yang kena penyakit dalam
kepalanya, ketika dibawa ke dalam api. Mereka diinjak-injak tak dapat
beranjak dari tempat mereka. Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Siapa mereka
itu, Jibril?”. “Mereka itu tukang-tukang riba,” jawabnya.
Kemudian
Nabi Muhammad s.a.w melihat orang-orang, di hadapan mereka ada daging
yang gemuk dan baik, di samping ada daging yang buruk dan busuk. Mereka
makan daging yang buruk dan busuk itu dan meninggalkan yang gemuk dan
baik. Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Siapakah mereka itu, Jibril”?
“Mereka orang-orang yang meninggalkan wanita yang dihalalkan Tuhan dan
mencari wanita yang diharamkan,” jawabnya.
Kemudian Nabi Muhammad
s.a.w melihat wanita-wanita yang digantungkan pada buah dadanya. Lalu
Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Siapa mereka itu, Jibril?” “Mereka itu
wanita yang memasukkan laki-laki lain bukan dari keluarga mereka.
Kemudian perjalanan diteruskan, naiklah Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril ke langit kedua.
Langit kedua
Kemudian Jibril membawa Nabi Muhammad s.a.w naik hingga ke langit
kedua.Dia minta dibukakan maka ditanya:”Siapa engkau?”
“Jibril.”jawabnya.”Siapa yang bersamamu?” “Muhammad.”Jawabnya lagi.
“Apakah dia juga rasul?” “Benar. “jawab Jibril. Dikatakan: “Selamat
datang wahai sebaik-baiknya yang datang.”
Kemudian dibukakan. Ketika itu Nabi melihat Yahya dan Isa, di mana Jibril memperkenalkan:”Inilah Yahya dan Isa.”
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w memberi salam. Dan mereka membalas salam
seraya berkata:”Selamat datang wahai saudara yang baik dan nabi yang
baik.”
Kemudian naiklah Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril ke langit yang ke tiga.
Langit ketiga
Kemudian Jibril membawa Nabi Muhammad s.a.w naik ke langit ketiga. Dia
minta dibukakan. Maka ditanya: “Siapa itu?” “Jibril.” “Siapa pula yang
bersamamu?” “Muhammad.” “Apakah dia seorang rasul juga?” “Benar.”
“Selamat datang wahai sebaik-baik yang datang.”
Kemudian pintu
langit itu dibuka. Di langit yang ketiga, Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan laki-laki yang wajahnya bagai bulan purnama. Nabi bertanya kepada
Jibril, “Siapakah itu wahai Jibril?” Jibril menjawab, “ Ini adalah
saudaramu Yusuf bin Ya’qub. Dia memberi salam kepadanya dan Nabi
Muhammad s.a.w juga. Yusuf membalas, lalu berkata:”Selamat datang wahai
saudara yang soleh dan nabi yang soleh.”
Selanjutnya Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke empat.
Langit keempat
Kemudian Jibril membawa Nabi naik sampai ke langit keempat. Kemudian
dia minta dibukakan dan ditanya:”Siapakah itu?” “Jibril.” “Siapa pula
yang bersamamu?”
“Muhammad.” “Apakah dia juga seorang rasul?” “Benar.” “Selamat datang wahai sebaik-baik yang datang.”
Lalu dibukakan dan setelah Nabi Muhammad s.a.w melihat Idris. Jibril
memperkenalkan:”Inilah Idris.” Kami lalu memberi salam dan dia menjawab
sambil mengucapkan:”Selamat datang wahai saudara yang soleh dan nabi
yang soleh.”
Perjalananpun di teruskan, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril terus.
Langit kelima
Kemudian Jibril membawa Muhammad s.a.w naik ke langit kelima. Dia minta
dibukakan lalu ditanya:”Siapakah itu?” “Jibril.” “Siapa pula yang bersamamu?” “Muhammad.” “Apakah dia juga
seorang rasul?” “Benar.”
“Selamat datang wahai sebaik-baik yang
datang.” Kemudian dibukakan.. Di langit yang kelima, Nabi Muhammad s.a.w
menjumpai seorang kakek yang rambutnya putih. Jenggotnya putih dan
tebal. Nabi Muhammad s.a.w bertanya ke Jibril, “ Siapakah dia wahai
Jibril?” Jibril menjawab,” Ini adalah orang yang sangat dicintai
kaumnya, yaitu Harun bin Imran.
Seterusnya Nabi s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke enam.
Langit keenam
Kemudian Jibril membawa Nabi ke langit keenam. Dia minta dibukakan dan
ditanya:”Siapakah di situ?” “Jibril.” “Siapa pula yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia juga seorang rasul?” “Benar.” “Selamat
datang wahai sebaik-baik yang datang.” Kemudian pintu dibuka. Di langit
ke enam ini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Musa a.s.. Beliau
seorang lelaki yang tinggi kurus dan berambut ikal. Nabi bertanya kepada
Jibril, “Siapakah dia wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Dia adalah
saudaramu, Musa bin Imran’.” Nabi Muhammad s.a.w memberi salam
kepadanya. Beliau segera menjawab: Selamat datang wahai saudara dan
nabiku yang soleh.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w dan Jibril hendak
melanjutkan perjalanan, Musa menangis. Ditanyakan kepadanya:”Mengapa
engkau menangis?” Dia berkata:”Aku menangis karena seseorang telah
diutuskan sesudahku dan ternyata umatnya yang masuk syurga lebih banyak
daripada umatku.”
Seterusnya Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke tujuh.
Langit ketujuh
Kemudian Jibril membawa Nabi Muhammad s.a.w . naik ke langit
ketujuh.Dia minta dibukakan dan ditanya:”Siapakah di situ?” “Jibril,”
jawabnya. “Siapa pula yang bersamamu?”
“Muhammad.” “Apakah dia juga seorang rasul?” “Benar.” “Selamat datang wahai sebaik-baik yang datang.” Kemudian dibukakan.
Ketika berada di langit ke tujuh Nabi Muhammad s.a.w melihat seorang
pria yang wajahnya mirip dengannya sedang bersandar di Baitul Makmur
dihadapi oleh beberapa kaumnya. Pada Baitul Makmur setiap hari masuk
tujuh puluh ribu malaikat. Nabi Muhammad s.a.w belum pernah melihat pria
yang mirip dengannya. Nabi Muhammad s.a.w bertanya kepada Jibril siapa
pria itu, ia menjawab : “Dia ayah anda Ibrahim”. Mereka memberi salam
kepadanya dan dia membalas salam sambil berkata:”Selamat datang wahai
anak yang soleh dan nabi yang soleh.”
Kepada Nabi Muhammad saw, nabi
Ibrahim a.s. bersabda, “Engkau akan berjumpa dengan Allah pada malam
ini. Umatmu adalah akhir umat dan terlalu dha’if, maka berdoalah untuk
umatmu. Nabi Ibrahim berpesan: “Anjurkan umatmu memperbanyakkan tanaman
di syurga. Nabi Muhammad s.a.w bertanya apakah tanamannya, jawabnya
Ucapkanlah “Subhanallah Walhamdulillah walailaha illallahu Allahu akbar,
wala haula wala quwatailla billah.”
Langit ketujuh adalah tempat
orang-orang yang adil, dengan malaikat yang lebih besar dari bumi ini
seluruhnya. Ia mempunyai tujuh puluh ribu kepala, tiap kepala tujuh
puluh ribu mulut, tiap mulut tujuh puluh ribu lidah, tiap lidah dapat
berbicara dalam tujuh puluh ribu bahasa, tiap bahasa dengan tujuh puluh
ribu dialek. Semua itu memuja dan memuji serta mengkuduskan Tuhan.
Setelah melihat beberapa peristiwa lain yang ajaib. Nabi Muhammad s.a.w dan Jibril masuk ke dalam Baitul Makmur dan sholat.
Kemudian Jibril membawa Nabi ke surga. Di Surga Nabi Muhammad s.a.w
melihat dan mendengar sesuatu yang tidak pernah didengarnya di bumi.
Surga itu sangat indah. Di dalam surga terdapat kubah dari mutiara dan
tanahnya beraroma kesturi. Tanah dan lumpur surga terbuat dari zafaran,
berupa tepung putih beraroma kesturi dan sangat bersih. Cahaya surga itu
berwarna putih, bersinar terang, aromanya semerbak. Disana terdapat
gedung megah dan sungai-sungai yang mengalir. Ada istri-istri yang
cantik jelita, perhiasan-perhiasan yang banyak, tanaman-tanaman,
berbagai macam kesenangan dan kenikmatan di tempat yang tinggi.
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. melihat sebuah sungai susu yang tidak
berubah rasanya, sebuah sungai arak yang lezat dan sebuah sungai madu
yang jernih. Nabi Muhammad s.a.w juga melihat telaga Al-Kausar. Kemudian
Nabi Muhammad Saw. keluar dari surga.
Kemudian Jibril membawa Nabi
Muhammad s.a.w meneruskan perjalanan naik ke Sidratul Muntaha. Sidratul
Muntaha ditutup dengan warna yang tidak diketahui Nabi Muhammad s.a.w.
Di situ ada sebuah pohon yang daunnya seperti telinga gajah dan buahnya
sebesar tempayan. Di Sidratul Mutaha ini Nabi Muhammad s.a.w dapat
melihat rupa Malaikat Jibril yang asli kedua kalinya setelah sebelumnya
melihat rupa Jibril yang asli ketika menerima wahyu yang pertama di Gua
Hira. Jibril berkata:”Inilah Sidratul Muntaha.” Di situ juga ada empat
sungai. Dua sungai di dalam dan dua sungai lagi di luar. Nabi bertanya:
“Dua sungai apakah ini, wahai Jibril?” Dia menjawab:”Adapun dua yang di
dalam itu adalah sungai di syurga. Sedangkan dua yang nampak jelas ini
adalah sungai Nil dan Furat.”
Nabi Muhammad s.a.w melihat
pemandangan yang sangat indah di tempat itu, tidak seorang pun dapat
melukiskan keindahannya. Nabi Muhammad s.a.w telah melihat sebagian dari
tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Di Sidratul Muntaha ini terdengarlah suara yang berseru kepada beliau,
“Wahai Muhammad SAW, masuklah.” Nabi Muhammad s.a.w kemudian diangkat
melewati Sidratul Muntaha dan ditutupi awan. Jibril tertinggal.
Nabi
Muhammad SAW berseru kepada Jibril, “Ikutlah bersamaku.” Jibril
berkata, “Engkau dan Tuhan engkau saja.” Nabi Muhammad s.a.w. berkata
lagi, “Adakah di sini sahabat hendak meninggalkan sahabatnya?”
Jibril menjawab, “Inilah saja tempatku, jika aku melintasi kawasan ini
niscaya aku akan terbakar dengan cahaya.” Malaikat Jibril tidak mampu
melintasi lebih tinggi lagi. Hanya orang yang diizinkan oleh Allah SWT
yang dapat melintasi sidratul muntaha. Nabi Muhammad adalah orang yang
diangkat derajatnya sehingga dapat melintasi lebih tinggi lagi untuk
bertemu dengan Allah SWT.
Nabi Muhammad saw melanjutkan perjalanan tanpa ditemani malaikat
Jibril. Nabi Muhammad s.a.w kemudian melalui 70.000 hijab daripada nur
hingga sampai ke Mustawa, tempat Kalam menulis, yakni Kalam catatan di
Luh Mahfuz. Di situ Nabi Muhammad s.a.w. melihat seorang lelaki yang
ghaib dalam Nur Arasy. Bertanya Nabi Muhammad s.a.w: “Siapa ini? Adakah
malaikat?”"Tidak,” jawab lelaki itu.”Adakah nabi?” tanya Nabi Muhammad
s.a.w lagi.”Tidak. Sesungguhnya aku adalah seorang lelaki yang hidup di
dunia, basah dengan menyebut nama Allah yakni berzikir dan hatiku
senantiasa terpaut kepada masjid dan aku juga tidak memaki kedua ibu
bapakku.”
Nabi kemudian tiba di hadapan Arsy (singgasana
Allah). Nabi Muhammad s.a.w melihat ‘Arsy Allah yang dijunjung di atas
kepala para Malaikat. Nabi Muhammad s.a.w dapat menyaksikan Allah SWT
dengan mata kepalanya. Tiada seorang pun daripada nabi atau mursalin
melihat Allah sebelum ini. Sebaik Nabi Muhammad s.a.w melihat Allah,
lantas beliau terus sujud menyembah-Nya.
Berfirman Allah: “Wahai
Muhammad.” Jawab Nabi Muhammad s.a.w: “Labbaika.” Firman Allah lagi:
Angkatkan kepalamu, mohonlah apa yang engkau hendak Aku berikan
kepadamu.”
Nabi Muhammad s.a.w pun mengangkat kepalanya sambil
berkata: Ya, Rabb. Engkau telah ambil Ibrahim sebagai Khalil dan Engkau
berikan dia kerajaan yang besar. Engkau berkata-kata dengan Musa. Engkau
berikan Dawud kerajaan yang besar dan dapat melembutkan besi. Engkau
kurniakan kerajaan kepada Sulaiman yang tidak Engkau kurniakan kepada
sesiapa pun dan memudahkan Sulaiman menguasai jin, manusia, syaitan dan
angin. Engkau ajarkan ‘Isa Taurat dan Injil. Dengan izin-Mu, dia dapat
menyembuhkan orang buta, orang sufaq dan menghidupkan orang mati. Engkau
lindungi dia dan ibunya daripada syaitan.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku angkatkan engkau sebagai Habib (kekasih) dan Aku
utuskan engkau untuk manusia seluruhnya supaya mengabarkan berita
gembira dan memberi peringatan.
Aku luaskan dadamu dan Aku buangkan
daripadamu dosamu dan Aku angkatkan untukmu zikirmu. Aku jadikan umatmu
sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia dan Aku jadikan umatmu
itu sederhana. Dan Aku jadikan umatmu orang yang pertama dan orang yang
terakhir dan Aku jadikan umatmu itu tiada sah khutbah dan solat hingga
mereka itu berikrar bahwa engkau hamba-Ku dan pesuruh-Ku.
“Dan Aku
jadikan daripada umatmu beberapa kaum yang mana hati mereka berpaut
dalam hati mereka. Aku telah jadikan engkau Nabi yang mula-mula
diciptakan dan Nabi yang terakhir dibangkitkan, dan Aku jadikan engkau
orang yang mula-mula dibicarakan pada Hari Kiamat.
“Dan Aku berikan
engkau tujuh ayat yang diulang-ulang bacaannya dalam sholat yaitu surah
al-Fatihah, yang tidak aku kurniakan kepada sesiapa sebelummu. Aku
berikan engkau penutup surah al-Baqarah, harta yang bernilai di bawah
Arasy, ia tiada Aku beri kepada nabi sebelummu.
“Dan Aku berikan
engkau dengan delapan saham berharga yaitu Islam, hijrah; sedekah;
menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar; dijadikan engkau pembuka
dan penutup; diberikan engkau panji-panji kepujian, maka Adam dan
lainnya berada di bawah panji-panji engkau. Dan sesungguhnya pada hari
Aku menjadikan tujuh petala langit dan bumi.
“Aku fardukan ke atasmu dan umatmu 50 waktu sholat, maka dirikanlah ia.”
Selesai bermunajat kepada Allah, Nabi Muhammad s.a.w pun kembali
mendapatkan Jibril. Lalu Jibril pun memimpin tangan Nabi untuk turun.
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w dibawa menemui nabi Ibrahim a.s.
Sesudah itu Nabi Muhammad s.a.w turun ke tempat Musa a.s.. Musa
bertanya”Apakah yang telah diwajibkan Tuhanmu kepada umatmu? Nabi
Muhammad s.a.w menjawab, “Sesungguhnya Allah memfardukan ke atasku serta
umatku dengan 50 waktu sholat sehari semalam.”. kata Musa, ‘Kembalilah
kepada Tuhan mu, mintalah keringanan, karena umatmu tidak sanggup
melakukannya. Aku sendiri telah mencoba terhadap bani israil”
“Sesungguhnya Bani Israel yang gagah tidak mampu melakukan amalan yang
lebih sedikit daripada itu, sedangkan umatmu lemah tubuhnya, lemah
hatinya, mana mungkin mereka mampu melaksanakan tugas seberat itu.”
Selepas mendengar kata-kata Musa itu, Nabi Muhammad s.a.w pun memandang
Jibril. Jibril mengisyaratkan supaya Nabi Muhammad s.a.w kembali ke
Sidratul Muntaha untuk menemui Allah untuk diringankan apa yang telah
difardukan.
Nabi Muhammad s.a.w kemudian kembali kepada Allah lalu
beliau sujud kepada Allah dengan berkata: “Wahai Tuhanku, ringankan
terhadap umatku apa yang diperintahkan-Mu. Sesungguhnya umatku adalah
terlalu daif.”
Firman Allah: “Sesungguhnya telah Ku-kurangkan untuk
umatmu itu lima waktu sholat.” Sholat yang tadinya diwajibkan 50 kali
sehari itu dikurangi menjadi 45 kali saja.
Nabi Muhammad s.a.w
kemudian kembali menemui Nabi Musa. Nabi Muhammad s.a.w berkata kepada
Nabi Musa, “Sesungguhnya Allah sudah mengurangkan untukku lima waktu
solat.”
kata Musa, “umatmu tidak sanggup menunaikannya sebanyak itu,
karena itu kembalilah kepada Tuhanmu mintalah keringanan”. Nabi
kemudian berulang-ulang pulang pergi antara Tuhan dengan Musa. Sehingga
akhirnya Allah swt
berfirman” Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima
waktu sehari semalam. Setiap sholat fardu diganjarkan dengan sepuluh
ganjaran. Oleh yang demikian, berarti lima waktu sholat fardu sama
dengan lima puluh sholat fardu. Begitu juga siapa yang berniat, untuk
melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat
baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh
kebaikan baginya. Sebaliknya siapa yang berniat ingin melakukan
kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak sesuatu pun dicatat
baginya. Seandainya dia melakukannya, maka dicatat sebagai satu
kejahatan baginya.
Setelah mendapatkan keringanan dari Allah SWT lalu nabi kembali ke tempat Musa dan diceritakan kepadanya apa yang telah difirmankan Tuhan itu.
Berkata Musa: “Kembalilah kamu kepada Tuhanmu wahai Muhammad, mohonlah
keringanan sekali lagi dan sesungguhnya umatmu tiada kuasa untuk
melaksanakannya.”
Jawab Nabi Muhammad: “Sesungguhnya aku telah
berulang alik kepada Tuhanku beberapa kali hingga aku merasa malu
terhadap Tuhanku dan tetap aku laksanakan perintah-Nya ini.”
Tatkala itu, terdengar seruan: “Telah Aku laksanakan yang Aku fardukan dan Aku ringankan untuk hamba-Ku.”
Berkata Musa: “Turunlah engkau wahai Muhammad dengan nama Allah.”
Apabila sampai di Langit Dunia, tiba-tiba Rasulullah melihat debu dan
asap serta terdengar suara berisik. Bertanyalah Nabi Muhammad s.a.w
kepada Jibril ada apa gerangannya.
Menurut Jibril, itulah syaitan yang menutup mata manusia (anak Adam) hingga mereka tidak mampu berfikir apa yang ada dalam alam malakut langit dan bumi. Dan jika tidak dilakukan begitu niscaya manusia dapat melihat keajaiban-keajaibannya.”
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w kembali dengan tangga itu ke bumi. Nabi
Muhammad s.a.w dan Jibril sampai di Baitulmaqdis. Buraqpun dilepaskan
dari ikatannya. Dengan buroq itu Nabi kembali ke Mekah pada malam yang
sama.
Dalam perjalanan itu, Nabi melintasi beberapa unta milik orang
Quraisy yang datang dari Syam. Diantaranya ada seekor unta yang
mempunyai dua karung di atas badannya. Karung itu berwarna putih dan
hitam.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w kebetulan menuju ke arahnya,
terkejutlah unta tersebut dan lari berkeliling-keliling hingga salah
seekor daripadanya patah kaki, jatuh lalu ditinggalkan di situ oleh
pemiliknya.
Dalam perjalanan itu juga, terlihat oleh Nabi Muhammad
s.a.w sekelompok unta dan salah seekor daripadanya tersesat. Nabi
Muhammad s.a.w kemudian menuntunnya sehingga kembali dalam kelompoknya.
Nabi Muhammad s.a.w pun memberi salam kepada mereka dan mereka
mengenali suara Rasulullah, tetapi ada juga yang tidak percaya. Kemudian
Nabi mengambil mangkuk berisi air dan meminumnya.
Pada waktu Nabi
Muhammad s.a.w akan berpisah dengan Jibril pada Subuh Isra’ di Dzi
Thuwa, suatu tempat dipinggir kota Mekkah, Nabi Muhammad s.a.w bersabda:
“Ya Jibril, kaumku akan mendustakan aku”. Jibril menjawab: “Abu Bakar
akan membenarkan engkau dan dialah Ash Shiddiq.”
Setelah Nabi Muhammad s.a.w turun dari buroq, maka terangkatlah Buraq ke langit dan terus ke syurga.
Setelah Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad SAW baru saja kembali dari perjalanan Isra’ Mi’raj, orang
yang ditemui pertama kali oleh Nabi saw adalah Ummu Hani’ (panggilan
Hindun binti Abu Thalib), sepupu beliau.
Pada waktu sebelum fajar
Nabi saw membangunkannya. Sesudah melakukan shalat bersama-sama, beliau
berkata: Wahai ummu Hani’ sungguh aku telah shalat isya akhir di lembah
ini seperti yang engkau lihat, kemudian aku datang ke Baitul Maqdis dan
shalat di dalamnya, kemudian aku mengerjakan shalat subuh bersama kalian
sekarang seperti yang kalian lihat.”
Nabi Muhammad saw bercerita
tentang pengalamannya selama isra’ mi’raj, Ummu Hani mendengarkan dengan
seksama. Meskipun cerita-cerita yang didengarnya sama sekali di luar
logika, Ummu Hani’ tetap berkata, “Aku percaya akan ceritamu wahai
Muhammad. Tapi setelah ini, apa yang hendak kau lakukan?”
“Aku akan menceritakan pada Abu Jahal dan pada semua penduduk Mekah”, jawab Nabi Muhammad saw.
“Wahai Nabi Allah jangan ceritakan peristiwa ini kepada manusia, sebab
nanti mereka mendustakanmu dan menyakitimu”. Kata Ummu Hani’. Nabi saw
bersabda’ “Demi Allah aku pasti menceritakan peristiwa ini kepada
mereka.
***
Pada waktu itu, datanglah Abu Jahal, lantas bertanya: “Apakah kamu ingin memberitakan sesuatu?”
“Ya,” jawab Nabi Muhammad.
“Apakah itu?” tanya Abu Jahal lagi.
Nabi Muhammad menjawab: “Aku telah diperjalankan pada malam tadi ke Baitulmaqdis.
“Apa? Kamu diperjalankan ke Baitulmaqdis dalam tempo satu malam? Apakah engkau mau aku kabarkan berita ini kepada kaummu?”
“Bahkan aku akan kabarkan apa yang aku kabarkan kepadamu ini.”
Abu Jahal pun menyeru dengan suara lantang: “Wahai Bani Kaab dan Bani Lua’, berhimpunlah kamu semua kepadaku.”
Setelah berkumpul semua orang, berkatalah Abu Jahal kepada Nabi
Muhammad : “Kabarkanlah kepada kaummu seperti yang engkau kabarkan
kepadaku, wahai Muhammad.”
Nabi Muhammad kemudian menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj itu ke penduduk Mekah.
Berkatalah Rasulullah : “Bahawasanya aku telah diperjalankan pada malam tadi.”
“Ke mana?” tanya kaumnya.
“Ke Baitulmaqdis,” jawab Nabi Muhammad
“Apa! Kamu melakukan perjalanan dalam waktu yang sesingkat itu?” tanya mereka lagi.
“Ya,” jawab Nabi Muhammad
Orang-orang Quraisy kemudian menanyakan tentang bagaimana Baitul maqdis
itu secara terperinci. Orang-orang Quraisy sibuk bertanya tentang
perjalanan Nabi dalam peristiwa israk itu. Mereka bertanya berbagai
perkara mengenai Baitulmuqaddis yang kurang jelas pada ingatan Nabi. Hal
itu menyulitkan Nabi karena dengan perjalanan yang secepat itu tentunya
sulit untuk merinci tentang Baitul Maqdis. Nabi Muhammad kemudian
berdiri di Hijr Ismail. Allah kemudian memperlihatkan kepada beliau dari
jauh sehingga Nabi mampu melihatnya. Kemudian beliau memberitahukan
kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang dilihatnya itu. Walau
bagaimana sekalipun bentuk pertanyaan yang diajukan kepadanya, Nabi
tetap dapat menceritakan kepada mereka
Walaupun nabi sudah bercerita
demikian tetapi mereka masih tidak mempercayai dengan perjalanan ke
Baitul Maqdis yang secepat itu. Hal tersebut kemudian menimbulkan
kesangsian juga pada beberapa orang pengikutnya. Tidak sedikit mereka
yang sudah Islam itu kemudian berbalik murtad. Mereka yang masih
menyangsikan hal ini lalu mendatangi Abu Bakr dan keterangan yang
diberikan Muhammad itu dijadikan bahan pembicaraan.
“Kalian berdusta,” kata Abu Bakr.
“Sungguh,” kata mereka. “Dia di mesjid sedang berbicara dengan banyak orang.”
“Dan kalaupun itu yang dikatakannya,” kata Abu Bakr lagi, “tentu dia
bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku, bahwa ada berita dari
Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, aku percaya.
Ini lebih lagi dari yang kamu herankan.”
Abu Bakar kemudian menemui
Nabi Muhammad dan langsung bertanya ;” Ya Rosulullah benarkah anda
mengatakan kepada orang banyak , bahwa anda datang dari Baitul Maqdis
semalam ?”
Beliau menjawab ;”Ya benar !”. ” Ya Rosulullah, cobalah
sebutkan kepadaku bagaimana Baitul Maqdis itu, aku sudah pernah pergi ke
sana “, kata Abu Bakar, Seketika itu gambaran Baitul Maqdis tampak
jelas di depan mata Nabi s.a.w, hingga beliau dapat menyebutkan
bagian-bagian dari bangunan masjid tersebut.
“Anda sungguh tidak
berdusta ya Rosulullah ! Aku bersaksi anda benar-benar utusan
Allah!”Tiap Abu Bakar mendengar bagian-bagian Baitul Maqdis disebut ia
mengucapkan berulang-ulang kepada Nabi Muhammad : Anda benar…anda
benar…”. Sejak itu Abu Bakar diberi gelar dengan “AshShiddiq” yang
berarti amat membenarkan.
Walaupun demikian banyak dari mereka
masih kurang percaya , sehingga mereka masih meminta bukti dari
Rosulullah, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ummu Hani binti
Abu Thalib. Beliau, Rosulullah s.a.w. berkata :
” Tadi malam aku melewati kafilah Bani Fulan di sebuah lembah.
Binatang yang kutunggangi mengejutkan mereka sehingga ada seekor di
antara unta mereka melesat jauh ketika itu aku sedang menuju Syam.
Sampai di Dhajran dan aku melewati satu kafilah lagi dan aku minum
ketika mereka sedang tidur nyenyak. Sekarang mereka berada di tikungan
jalan Ta’nim.
Yang paling depan unta coklat tua dan berponok dua , hitam dan ada yang belang-belang.
Lalu mereka beramai-ramai ke jalan tikungan Ta’nim, dan ternyata kafilah tersebut baru tiba dengan unta yang disebutkan beliau.
Dan mereka bertanya tentang kejadian semalam, ternyata sama persis
seperti apa yang diceritakan Nabi Muhammad s.a.w. Rasul Allah.
Nama-nama yang berhubungan dengan Isra’ Mi’raj
a. Malaikat
Malaikat berasal dari kata malakah yang berarti “mengutus” atau “perutusan/risalah”. Allah swt.
menciptakan malaikat dari nur (cahaya), sebagaimana Dia menciptakan
Nabi Adam a.s. dari tanah liat, juga sebagaimana menciptakan jin dari
api. Allah Taala menciptakan malaikat lebih dahulu daripada manusia.
Tabiat malaikat ialah secara sempurna berbakti kepada Allah, tunduk dan
patuh pada kekuasaan dan keagungan-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya
dan mereka pun ikut mengatur alam semesta menurut kehendak dan iradah Allah Taala.
Allah Taala menciptakan malaikat berupa makhluk yang bersayap dan di
antaranya ada yang bersayap dua buah, tiga buah, empat buah dan ada pula
yang lebih dari itu. Semua ini menunjukkan nilai dan perbedaan pangkat
di sisi Allah Taala, juga tentang kekuasaannya cepat atau lambatnya
dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Sesuai Firman Allah dalam Al Qur’an:
Segenap puji bagi Allah, Maha Pencipta langit dan bumi, yang membuat
malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap-sayap, ada yang dua,
tiga atau empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S. Fathir:1).
Beberapa malaikat yang pernah diceritakan
diantaranya yaitu: Jibril bertugas membawa wahyu kepada para Nabi dan
Rasul, Izrail bertugas sebagai pencabut nyawa, Mungkar dan Nakir selaku
dua malaikat yang melakukan menanyakan di dalam kubur, Israfil berfungsi
sebagai peniup sangkakala pada hari kiamat, Mikail bertugas memberikan
hujan dan pengatur rezeki, Raqib dan ‘Atid selaku dua malaikat pencatat
amal manusia, Ridwan sebagai penjaga syurga, Malik sebagai penjaga
neraka dan Hamalatul ‘Arsy sebagai malaikat yang membawa ‘Arsy Tuhan di
hari kiamat.
Malaikat Jibril merupakan malaikat yang mengantar
Nabi Muhammad Saw. dalam perjalanan Isra’ Mi’raj. Nabi dapat melihat
bentuk asli Jibril hanya dua kali saja yaitu ketika menerima wahyu
pertama dan ketika di Sidratul Muntaha waktu mi’raj. Bentuk Malaikat
Jibril digambarkan memiliki 600 sayap yang menutup ufuk dan tubuhnya
sangat besar terlihat seperti memenuhi antara bumi dan langit. Malaikat
Jibril juga disebut sebagai Ruh suci atau ruh kudus.
Manusia
pada umumnya tidak dapat melihat malaikat. Tetapi malaikat dalam
beberapa peristiwa dapat menyerupai manusia sehingga manusia dapat
melihat malaikat yang menyerupai manusia itu.
b. Buraq
Buraq itu adalah binatang yang putih, panjang, lebih besar dari keledai
tetapi lebih kecil dari baghal. Buraq ini dapat meloncat sejauh batas
pandangannya; kedua telinganya selalu bergerak. Jika menaiki gunung
kedua kaki belakangnya memanjang dan jika menuruni jurang kedua kaki
depannya memanjang. Dia mempunyai dua sayap pada kedua pahanya yang
dapat membantu dan memperkuat kecepatannya. Buraq mempunyai empat kaki.
Satu langkah ke satu langkah kakinya adalah seumpama sekelip mata
memandang. Ada orang yang berusaha menyesatkan dengan menyebutkan bahwa
buroq berkepala seorang wanita padahal tidak pernah ada hadis yang
menyatakan hal tersebut.
Nabi-nabi sebelumnya juga pernah
menaiki buraq. Sa’id bin Musayyab dan lainnya berkata bahwa buraq adalah
kendaraan Nabi Ibrahim yang beliau naiki dari negerinya menuju Baitul
Haram. Nabi Muhammad juga akan menungangi Buroq ketika pada hari
kebangkitan nanti.
c. Masyithah
Ketika dalam perjalanan ke
Baitul Maqdis Nabi mencium bau harum. Ternyata bau harum itu adalah bau
Masyithah beserta suami dan kedua anaknya yang dibunuh oleh raja Fir’aun
dari Mesir yang mengaku sebagai Tuhan, karena mempertahankan imannya
dan mengingkari ketuhanan Fir’aun..
Masyithah adalah tukang
menata rambut dari anak perempuan Fir’aun. Pada suatu hari, ketika
Masyithah sedang menyisir rambut anak perempuan raja Fir’aun, sisirnya
jatuh dan Masyithah mengucapkan:
Dengan nama Allah, rugi si Fir’aun.
Mendengar ucapan Masyithah tersebut, maka terjadilah dialog antara anak perempuan
Fir’aun dengan Masyithah sebagai berikut:
Anak Fir’aun: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain ayahku ?”
Masyithah: “Ya!”
Anak Fir’aun: “Apakah engkau berani pernyataanmu ini saya beritahukan kepada ayahku?”
Masyithah: “Berani!”
Setelah anak Fir’aun memberitahukan kepada ayahnya tentang pernyataan
Masyithah, maka Masyithah pun dipanggil oleh Fir’aun, lalu terjadi
dialog sebagai berikut:
Fir’aun: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku ?”.
Masyithah: “Ya, Tuhanku dan Tuhan tuan adalah Allah !”.
Mendengar jawaban tersebut Fir’aun pun menyuruh agar suami dan kedua
anak Masyithah dihadapkan kepadanya. Setelah mereka menghadap, Fir’aun
membujuk Masyithah beserta suaminya agar keduanya meninggalakan agamanya
(agama tauhid) dan mengakui Fir’aun sebagai Tuhan. Setelah bujuk rayu
Fir’aun ditolak oleh keduanya, maka Fir’aun berkata kepada keduanya:
“Jika kalian berdua menolak permintaanku, maka aku akan membunuh kalian berdua beserta anak-anak kalian!”.
Masyithah menjawab: “Terserah, mana tindakan yang baik menurut tuan
terhadap kami. Dan jika tuan membunuh kami, kami minta agar kami
sekeluarga dikubur dalam satu rumah!”.
Fir’aun berkata: “Baik,
permintaanmu akan kami kabulkan!” Kemudian Fir’aun memerintahkan untuk
menyiapkan sebuah wajan besar penuh dengan minyak. Setelah wajan
tersebut dipanaskan dan medidih, anak Masyithah yang besar dimasukkan
lebih dahulu, sedang Masyithah beserta suaminya dan anaknya yang masih
berumur tujuh bulan disuruh menyaksikan, dengan harapan agar Masyithah
berubah pendiriannya. Kemudian suami Masyithah mendapat giliran yang
kedua. Setelah giliran sampai pada Masyithah dan anaknya yang masih
menetek, tiba-tiba anak Masyithah yang masih menetek berkata dengan
fasih kepada ibunya: “Janganlah ibu ragu-ragu untuk mati membela
kebenaran; masuklah ke dalam wajan!”. Kemudian Masyithahpun dilemparkan
ke dalam wajan tersebut beserta anaknya.
Sumber : republika.co.id
https://www.facebook.com/HijrahtulInsan/posts/536863436345295
Berikut ini merupakan kisah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad yang ditulis berdasarkan beberapa hadis dan riwayat para penulis Islam.
Isra’ Mi’raj berasal dari dua kata yaitu: Isra’ dan Mi’raj. Isra’ berarti perjalanan malam (perjalanan dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsa) dan Mi’raj berarti naik ke langit. Peristiwa Isra’ Mi’raj ini merupakan suatu peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam karena dalam peristiwa ini didapat perintah untuk melakukan sholat yang diwajibkan bagi seluruh umat Islam.
Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 621 M, 3 tahun sebelum hijrah. Nabi Muhammad SAW saat itu berusia 51 tahun. Peristiwa luar biasa ini terjadi mulai dari lepas tengah malam sampai menjelang waktu subuh waktu Mekah.
Sebelum peristiwa itu terjadi, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat mendalam. Beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah. Lalu beliau juga ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib, yang sangat melindungi Nabi Muhammad. Karena ditinggalkan kedua orang yang sangat disayangi tersebut membuat beliau sangat berduka cita. Karena itu Allah SWT menghibur Nabi Muhammad dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit untuk bertemu dengan Allah SWT.
Awal Perjalanan
Pada suatu malam tanggal 27 Rajab, Allah S.W.T memberikan wahyu kepada Malaikat Jibril a.s., “Janganlah engkau (Jibril) bertasbih pada malam ini dan engkau ‘Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini.”
Malaikat Jibril a.s. bertanya, ” Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?”
Allah S.W.T berfirman, maksudnya, “Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu.”
Kemudian Jibril pun pergi ke syurga tempat dimana buraq berada. Kemudian dia menemukan 40 juta buraq di taman syurga. Setiap buraq memiliki mahkota di keningnya bertuliskan kata-kata, “Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad utusan Allah.” Di antara buraq itu, Jibril melihat pada seekor buraq yang memisahkan diri sendirian seraya menangis bercucuran air matanya. Jibril menghampiri buraq itu lalu bertanya, “Mengapa engkau menangis, ya buraq?”
Berkata buraq, “Ya Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 ribu tahun yang lalu, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mau makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan.”
Berkata Jibril a.s., “Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu.”
Kemudian Jibril a.s. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu untuk dibawa kepada Nabi Muhammad S.A.W.
***
Pada malam itu Nabi Muhammad SAW. sedang berbaring di antara dua orang yaitu paman beliau, Hamzah dan sepupu beliau, Ja’far bin Abi Thalib yang sedang tidur di dekat Kabah, tiba-tiba datang kepada beliau 3 orang lelaki yang ternyata adalah malaikat Jibril dan Mika’il beserta seorang malaikat lain. Ketika itu Muhammad terbangun oleh suara yang memanggilnya, “Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!” Dan ia pun terbangun, di hadapannya sudah berdiri Malaikat Jibril.
Jibril memerintahkan malaikat lain mengangkat Rasulullah ke suatu tempat. Kemudian ketiga malaikat tersebut membawa Nabi Muhammad saw. ke sumur Zamzam, lalu mereka menelentangkan beliau. Kemudian Jibril membelah badan beliau mulai dari tenggorokan sampai ke bawah perut beliau. Lalu Jibril berkata kepada Mikail: “Bawakan kepadaku satu baskom air zamzam agar aku dapat membersihkan hati beliau. Jibril mengoperasi dada beliau, kemudian mengeluarkan hati beliau dan membasuhnya tiga kali serta membuang ketul hitam (‘alaqah) yaitu tempat syaitan membisikkan waswasnya dari hati beliau; kemudian mereka meletakkannya kembali di tempat asal. Mikail tiga kali membawakan baskom berisi air zamzam kepada Jibril. Kemudian didatangkan sebuah baskom emas yang penuh dengan hikmah dan keimanan dan dituangkan habis ke dada Nabi saw; dan dada beliau dipenuhi dengan kesabaran, ilmu, keyakinan dan keislaman; kemudian ditutup kembali dan di antara kedua belikat beliau distempel dengan stempel kenabian. Semua proses itu tidak menimbulkan sakit sedikit pun kepada Nabi. Setelah selesai, Nabi diminta agar berwudlu.
Masjidil Haram tempat awal perjalanan
Kemudian didatangkan seekor buraq yang telah diberi pelana dan kendali. Buraq itu adalah binatang yang putih, panjang, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari baghal (baghal: hewan peranakkan dari kuda dan keledai). Buroq memiliki empat kaki. Buraq ini dapat meloncat sejauh batas pandangannya; kedua telinganya selalu bergerak. Jika menaiki gunung kedua kaki belakangnya memanjang dan jika menuruni jurang kedua kaki depannya memanjang. Dia mempunyai dua sayap pada kedua pahanya yang dapat membantu dan memperkuat kecepatannya. Ketika Nabi SAW mula-mula hendak menunggang Buraq, buroq bertingkah liar sehingga menyulitkan Nabi Muhammad SAW. untuk menaikinya. Kemudian Jibril meletakkan tangannya pada leher buraq seraya berkata: “Adakah engkau tidak malu wahai buraq?; demi Allah, tidak ada seorang makhlukpun yang menaikimu yang lebih mulia menurut Allah dari pada beliau, maka malulah si buraq, lalu berbaring dan tenang sehingga Nabi SAW. dapat menaikinya.
***
Peristiwa Isra’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa
Nabi Muhammad merasa bahagia pada waktu itu karena beliau dapat mengendarai buraq. Jibril memegang tali kekang sementara Mikail memegang pelana. Israfil memegang kain pelana. Buraq bergerak di angkasa dalam sekejap mata. Tidak berapa lama Nabi menunggang Buraq, sampailah beliau dan Jibril ke suatu tempat yang banyak pohon kurmanya. Jibril berkata, “ Ya Muhammad, turun dan berdoalah kepada Allah di tempat ini. Nabi disuruh oleh Jibril agar melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat. Kepada Nabi, Malaikat Jibril menjelaskan, “Tahukah engkau bahwa engkau shalat di Thaibah (Madinah) dan disitulah engkau kelak berhijrah”.
Kemudian perjalanan dilanjutkan. Di suatu tempat Jibril menyuruh Nabi SAW turun untuk shalat sunnah 2 rakaat. “Inilah Thuur Sina, tempat Musa bercakap-cakap langsung dengan Tuhannya” kata Jibril. Perjalanan dilanjutkan kembali dan untuk ketiga kalinya Jibril memerintahkan untuk berhenti disuatu tempat dan menyuruh melakukan shalat sunnah 2 rakaat lagi. Setelah selesai sholat berkatalah Jibril kepada Nabi saw., “Tahukah engkau dimana engkau sholat kali ini?” Engkau sholat di Baitul Lahm, tempat Isa a.s. dilahirkan”.
***
Perjalanan diteruskan lagi. Dalam perjalanan ke Baitul Maqdis, Nabi diperlihatkan dengan berbagai pemandangan simbolik. Setiap kali melihatnya, Jibril menerangkan hakikat sebenarnya peristiwa tersebut.
1. Tiba-tiba Nabi Muhammad saw. melihat Jin Ifrit yang membuntuti beliau dengan membawa obor. Setiap kali beliau menoleh, beliau melihatnya menyebabkan mata Rasulullah sentiasa berpaling ke arahnya. Kemudian malaikat Jibril berkata, “Adakah engkau mau aku ajarkan kalimat untuk menghalau Ifrit itu?” Nabi saw. bersabda, “Baik!”.
Lalu malaikat Jibril berkata, “Ucapkan: Aku berlindung dengan wajah Allah Yang Maha Mulia dan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tidak ada orang yang baik dan tidak pula orang yang durhaka dapat melampauinya, dari kejahatan apa saja yang turun dari langit dan dari kejahatan apa saja yang naik ke langit; dari kejahatan apa saja yang masuk ke dalam bumi dan dari kejahatan apa saja yang keluar dari bumi; dari fitnah-fitnah di waktu malam hari dan di waktu siang hari; dari bencana-bencana dari malam hari dan siang hari, kecuali bencana yang datang dengan kebaikan, wahai Dzat Yang Maha Penyayang!
Setelah Nabi Muhammad saw. membaca doa tersebut, maka jin Ifrit yang membuntuti beliau jatuh tersungkur dan obornya padam.
2. Kemudian Nabi melihat kaum yang menanam tanaman pada suatu hari dan pada hari itu pula tanaman tersebut dapat dipanen. Dan setiap kali dipanen, buahnya kembali lagi seperti semua. Setelah ditanyakan kepada malaikat Jibril beliau mendapat jawaban bahwa apa yang beliau lihat itu adalah gambaran dari orang-orang yang berjuang untuk membela agama Allah. Amal baik mereka dilipatkan gandakan sampai 700 kali.
3. Nabi Muhammad saw. mencium bau harum. Setelah ditanyakan kepada malaikat Jibril tentang bau apakah yang tercium oleh Nabi Muhammad saw. tersebut; beliau mendapat jawaban bahwa bau tersebut adalah bau dari Masyithah beserta suami dan kedua anaknya yang dibunuh oleh raja Fir’aun dari Mesir yang mengaku sebagai Tuhan, karena mempertahankan imannya dan mengingkari ketuhanan Fir’aun.
5. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang pergi berombongan seperti kawanan unta dan kambing yang pergi ke tempat penggembalaan dalam keadaan telanjang. Hanya kemaluan dan dubur mereka saja yang tertutup dengan secarik kain. Mereka makan kayu berduri yang sangat busuk baunya (kayu dlari’), buah zaqqum (buah tetumbuhan yang sangat pahit) dan bara serta batu-batu dari neraka Jahannam. Malaikat Jibril menerangkan bahwa kaum tersebut adalah gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang tidak mau membayar zakat, baik zakat wajib maupun zakat sunnat. Allah swt. sama sekali tidak menganiaya mereka; tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
-------------------------------------------
----------------------------------------
8. Nabi Muhammad saw. melihat orang laki-laki yang berenang di sungai darah dengan menelan batu. Ini adalah gambaran dari orang yang memakan riba.
9. Nabi Muhammad saw. melihat orang laki-laki yang mengumpulkan kayu bakar. Laki-laki tersebut tidak kuat membawanya; akan tetapi jumlah kayu bakar tesebut tidak dikurangi, melainkan ditambahi. Ini adalah gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang memangku tugas atau jabatan rangkap. Dia tidak mampu menunaikan amanat-amanat dari tugas-tugas dan jabatan-jabatan tersebut, akan tetapi masih mau menerima tugas dan jabatan lainnya.
10. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang mengguntingi lidah dan bibir mereka dengan gunting besi. Setiap kali lidah dan bibir mereka digunting, maka lidah dan bibir tersebut kembali seperti sedia kala. Mereka melakukan hal tersebut terus menerus tanpa berhenti. Ini adalah ibarat dari tukang-tukang khutbah yang menimbulkan fitnah, yaitu tukang-tukang khutbah dari ummat Nabi Muhammad saw. yang meng-khutbahkan apa yang mereka sendiri tidak melakukannya.
11. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang mempunyai kuku-kuku dari logam. Mereka mencakari muka dan dada mereka dengan kuku tersebut. Ini adalah ibarat orang-orang yang senang menggunjing orang lain dan melecehkan kehormatan orang lain.
12. Nabi Muhammad saw. melihat sapi jantan yang besar keluar dari lubang yang kecil. Sapi tersebut ingin masuk kembali ke dalam lubang tempat ia keluar, akan tetapi tidak dapat. Ini adalah ibarat dari orang yang mengucapkan omongan yang besar, kemudian dia menyesalinya, tetapi tidak dapat menarik kembali omongan tersebut.
---------------------------------------------------
13. Nabi Muhammad saw. mendengar panggilan dari arah kanan: “Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !”. Nabi Muhammad saw. tidak menjawab, kemudian malaikat Jibril menerangkan kepada Nabi Muhammad saw.: “Panggilan tadi adalah panggilan dari orang-orang Yahudi. Jika engkau memenuhi panggilan tersebut, niscaya banyaklah di kalangan umat engkau yang menjadi Yahudi.
Nabi Muhammad saw. mendengar panggilan dari arah kiri: “Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !”. Nabi Muhammad saw. tidak menjawab, kemudian malaikat Jibril berkata kepada beliau: “Panggilan tadi adalah panggilan dari orang-orang Nasrani dan jika engkau menjawab seruan itu tadi, wahai Muhammad, niscaya banyaklah di kalangan umat engkau yang menjadi Nasrani.”
-------------------------------------------------------
14. Nabi Muhammad saw. melihat wanita yang terbuka kedua lengan bawahnya dan memakai segala macam perhiasan. Wanita tersebut berkata: “Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !”. Nabi Muhammad saw. tidak menolehnya. Setelah Nabi Muhammad saw. bertanya kepada malaikat Jibril tentang siapakah wanita tersebut, maka malaikat Jibril menjawab: “Itulah dunia!; jika engkau memenuhi panggilannya, niscaya ummat engkau lebih mementingkan dunia dari pada akhirat.
------------------------------------------
15. Nabi Muhammad saw. bertemu dengan seorang tua yang mengajak beliau untuk menyimpang dari jalan yang akan dilaluinya sambil berkata: “Kemari Muhammad !”. Malaikat Jibril berkata: “Terus lurus Muhammad !”. Nabi Muhammad saw. bersabda kepada Jibril: “Siapakah dia ?”. Jibril menjawab: “Dia adalah Iblis, musuh Allah, yang menginginkan agar engkau cenderung kepadanya!”.
-------------------------------------------
16. Nabi Muhammad saw. bertemu dengan seorang wanita tua di pinggir jalan memanggil Nabi saw.: “Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !!”. Malaikat Jibril berkata bahwa wanita tua itu adalah gambaran dari umur dunia yang tidak lagi tersisa kecuali seperti sisa umur dari wanita tua tersebut.
***
Selepas menyaksikan berbagai pemandangan simbolik itu, akhirnya sampailah mereka di Baitul Maqdis. Kemudian Nabi mengikatkan buraq itu sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Nabi Muhammad kemudian memasuki puing-puing kuil Sulaiman. Di sana telah menanti satu jemaah. Beliau menemukan kuil itu penuh dengan malaikat yang menantikannya. Lalu juga dilihatnya arwah para Nabi sejak nabi Adam as. sampai dengan nabi Isa as.. Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril siapa mereka.
Jibril menjawab, “Mereka adalah saudaramu diantara para nabi dan malaikat ini adalah para pemimpin seluruh malaikat di surga.” Jibril kemudian berkata, “Ya, Muhammad, orang paling mulia dalam pandangan Allah, memimpin sholat.” Oleh Jibril Nabi Muhammad dikedepankan untuk menjadi Imam untuk shalat berjamaah. Nabi kemudian menjadi imam sholat berjamaah sebanyak dua rakaat. Seluruh nabi dan malaikat mengikutinya.
Setelah selesai sholat bersama para Nabi, Beliau keluar dari Masjidil Aqsha, kemudian Nabi s.a.w. berkata kepada Jibril: Wahai Jibril aku merasa haus. Kemudian beliau didatangi dengan semangkuk arak dan semangkuk susu oleh Jibril a.s. Nabi Muhammad memilih susu. Lalu Jibril a.s berkata: “Engkau telah memilih fitrah.” “Benar, engkau telah memilih air susu adalah lambang kesucian dan seandainya engkau mengambil minuman keras niscaya akan tersesatlah engkau dan umat engkau.”
Peristiwa Mi’raj
Setelah menunaikan ibadah di Baitul Maqdis kemudian didatangkan sebuah tangga syurga yang lalu dipancangkan di atas batu. Batu pijakan Nabi Muhammad s.a.w saat akan mi’raj itu disebut Shakhrah al-Muqaddasah (batu yang disucikan). Nabi Muhammad belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada tangga yang dilihatnya itu. Tangga Mi’raj itu dibuat dari emas dan perak berlapis mutiara. Tangga itu menjulang dari Baitul Maqdis ke langit dunia. Di sebelah kanannya ada 400 ribu malaikat, disebelah kirinya juga 400 ribu malaikat, di depannya seribu malaikat dan di belakangnya juga seribu malaikat.
Malaikat jibril menaikkan Nabi ke tangga. Jarak antar anak tangga sejauh perjalanan empat puluh tahun. Perjalanan mi’raj mula-mula memasuki langit dunia. Ketika naik ke langit Nabi Muhammad melihat keindahan yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Jibril membawa Nabi hingga tiba di depan pintu langit yang disebut pintu Hafadzah (pintu langit dunia). Di pintu itu ada malaikat penjaga yang disebut Isma’il. Dia memiliki 12.000 pembantu dan setiap pembantu memiliki 12.000 pesuruh.
Langit pertama
Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Nabi Muhammad saw. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah Nabi Muhammad s.a.w telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, Beliau telah diutuskan. Lalu Ismail membuka gerbang surga dan Nabi Muhammad bertukar salam dan saling mendoakan. Malaikat Isma’il berkata,dikatakan “Selamat datang wahai anak yang soleh dan nabi yang soleh.”
Ketika memasuki langit pertama, Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan malaikat-malaikat yang menyambutnya. Malaikat-malaikat itu menyambutnya dengan tersenyum sambil membaca doa-doa, tetapi ada malaikat yang turut berdoa tetapi sama sekali tidak tersenyum, wajahnya tampak memberengut. Nabi Muhammad s.a.w bertanya pada Jibril tentang malaikat yang tidak tersenyum itu. Jibril menjawab: “Jika saja dia pernah tersenyum kepada orang sebelum kamu atau sesudah kamu , maka dia akan tersenyum kepadamu. Namun dia tidak pernah tersenyum, dia adalah Malik, malaikat penjaga neraka.”
Nabi Muhammad s.a.w berkata kepada Jibril, “Tidakkah dapat kamu minta kepadanya untuk menunjukkan neraka kepadaku? Jibril mengatakan, “Baik, wahai malaikat tunjukkan neraka kepada Muhammad!” Kemudian malaikat itu membuka penutupnya, maka terlihat api neraka yang bergejolak sampai Nabi mengira api itu akan menelan apa saja. Nabi Muhammad s.a.w berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, perintahkan mengembalikan ke tempatnya. Maka Jibril pun menyuruhnya untuk menutupnya. Malaikat penjaga neraka itu berkata, “Padamlah”. Maka kembalilah tutup itu ke tempat semula.
Setelah itu Nabi Muhammad s.a.w melihat seorang sedang menghadapi ruh-ruh manusia. Apabila kepadanya dihadapkan ruh yang baik ia gembira dan berkata : “Ruh yang baik keluar dari jasad yang baik”.
Apabila dihadapkan kepadanya ruh yang jahat, wajahnya memberangus sambil berucap : “Cis ! Ruh jahat keluar dari jasad yang jahat.
Nabi bertanya kepada Jibril ;”Siapakah orang itu hai Jibril?”.
Ia menjawab : “Dia Adam ayah engkau. Semua ruh anak cucunya akan melewati dia.
Ketika Nabi Muhammad saw bertemu dengan Nabi Adam a.s, Beliau disambut serta Nabi Adam a.s, mendoakannya dengan doa kebaikan.
Selanjutnya nabi Muhammad s.a.w melihat orang-orang bermoncong seperti moncong unta, tangan mereka memegang segumpal api seperti batu-batu, lalu dilemparkan ke dalam mulut mereka dan keluar dari dubur. Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Siapa mereka itu, Jibril?”. “Mereka yang memakan harta anak-anak yatim secara tidak sah,” jawab Jibril.
Kemudian beliau melihat orang-orang dengan perut yang sangat besar. Nabi belum pernah melihat orang-orang seperti itu kecuali dari keluarga Fir’aun. Mereka berjalan seperti unta yang kena penyakit dalam kepalanya, ketika dibawa ke dalam api. Mereka diinjak-injak tak dapat beranjak dari tempat mereka. Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Siapa mereka itu, Jibril?”. “Mereka itu tukang-tukang riba,” jawabnya.
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w melihat orang-orang, di hadapan mereka ada daging yang gemuk dan baik, di samping ada daging yang buruk dan busuk. Mereka makan daging yang buruk dan busuk itu dan meninggalkan yang gemuk dan baik. Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Siapakah mereka itu, Jibril”? “Mereka orang-orang yang meninggalkan wanita yang dihalalkan Tuhan dan mencari wanita yang diharamkan,” jawabnya.
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w melihat wanita-wanita yang digantungkan pada buah dadanya. Lalu Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Siapa mereka itu, Jibril?” “Mereka itu wanita yang memasukkan laki-laki lain bukan dari keluarga mereka.
Kemudian perjalanan diteruskan, naiklah Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril ke langit kedua.
Langit kedua
Kemudian Jibril membawa Nabi Muhammad s.a.w naik hingga ke langit kedua.Dia minta dibukakan maka ditanya:”Siapa engkau?” “Jibril.”jawabnya.”Siapa yang bersamamu?” “Muhammad.”Jawabnya lagi. “Apakah dia juga rasul?” “Benar. “jawab Jibril. Dikatakan: “Selamat datang wahai sebaik-baiknya yang datang.”
Kemudian dibukakan. Ketika itu Nabi melihat Yahya dan Isa, di mana Jibril memperkenalkan:”Inilah Yahya dan Isa.”
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w memberi salam. Dan mereka membalas salam seraya berkata:”Selamat datang wahai saudara yang baik dan nabi yang baik.”
Kemudian naiklah Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril ke langit yang ke tiga.
Langit ketiga
Kemudian Jibril membawa Nabi Muhammad s.a.w naik ke langit ketiga. Dia minta dibukakan. Maka ditanya: “Siapa itu?” “Jibril.” “Siapa pula yang bersamamu?” “Muhammad.” “Apakah dia seorang rasul juga?” “Benar.” “Selamat datang wahai sebaik-baik yang datang.”
Kemudian pintu langit itu dibuka. Di langit yang ketiga, Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan laki-laki yang wajahnya bagai bulan purnama. Nabi bertanya kepada Jibril, “Siapakah itu wahai Jibril?” Jibril menjawab, “ Ini adalah saudaramu Yusuf bin Ya’qub. Dia memberi salam kepadanya dan Nabi Muhammad s.a.w juga. Yusuf membalas, lalu berkata:”Selamat datang wahai saudara yang soleh dan nabi yang soleh.”
Selanjutnya Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke empat.
Langit keempat
Kemudian Jibril membawa Nabi naik sampai ke langit keempat. Kemudian dia minta dibukakan dan ditanya:”Siapakah itu?” “Jibril.” “Siapa pula yang bersamamu?”
“Muhammad.” “Apakah dia juga seorang rasul?” “Benar.” “Selamat datang wahai sebaik-baik yang datang.”
Lalu dibukakan dan setelah Nabi Muhammad s.a.w melihat Idris. Jibril memperkenalkan:”Inilah Idris.” Kami lalu memberi salam dan dia menjawab sambil mengucapkan:”Selamat datang wahai saudara yang soleh dan nabi yang soleh.”
Perjalananpun di teruskan, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril terus.
Langit kelima
Kemudian Jibril membawa Muhammad s.a.w naik ke langit kelima. Dia minta dibukakan lalu ditanya:”Siapakah itu?” “Jibril.” “Siapa pula yang bersamamu?” “Muhammad.” “Apakah dia juga seorang rasul?” “Benar.”
“Selamat datang wahai sebaik-baik yang datang.” Kemudian dibukakan.. Di langit yang kelima, Nabi Muhammad s.a.w menjumpai seorang kakek yang rambutnya putih. Jenggotnya putih dan tebal. Nabi Muhammad s.a.w bertanya ke Jibril, “ Siapakah dia wahai Jibril?” Jibril menjawab,” Ini adalah orang yang sangat dicintai kaumnya, yaitu Harun bin Imran.
Seterusnya Nabi s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke enam.
Langit keenam
Kemudian Jibril membawa Nabi ke langit keenam. Dia minta dibukakan dan ditanya:”Siapakah di situ?” “Jibril.” “Siapa pula yang bersamamu?” “Muhammad.”
“Apakah dia juga seorang rasul?” “Benar.” “Selamat datang wahai sebaik-baik yang datang.” Kemudian pintu dibuka. Di langit ke enam ini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Musa a.s.. Beliau seorang lelaki yang tinggi kurus dan berambut ikal. Nabi bertanya kepada Jibril, “Siapakah dia wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Dia adalah saudaramu, Musa bin Imran’.” Nabi Muhammad s.a.w memberi salam kepadanya. Beliau segera menjawab: Selamat datang wahai saudara dan nabiku yang soleh.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w dan Jibril hendak melanjutkan perjalanan, Musa menangis. Ditanyakan kepadanya:”Mengapa engkau menangis?” Dia berkata:”Aku menangis karena seseorang telah diutuskan sesudahku dan ternyata umatnya yang masuk syurga lebih banyak daripada umatku.”
Seterusnya Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke tujuh.
Langit ketujuh
Kemudian Jibril membawa Nabi Muhammad s.a.w . naik ke langit ketujuh.Dia minta dibukakan dan ditanya:”Siapakah di situ?” “Jibril,” jawabnya. “Siapa pula yang bersamamu?”
“Muhammad.” “Apakah dia juga seorang rasul?” “Benar.” “Selamat datang wahai sebaik-baik yang datang.” Kemudian dibukakan.
Ketika berada di langit ke tujuh Nabi Muhammad s.a.w melihat seorang pria yang wajahnya mirip dengannya sedang bersandar di Baitul Makmur dihadapi oleh beberapa kaumnya. Pada Baitul Makmur setiap hari masuk tujuh puluh ribu malaikat. Nabi Muhammad s.a.w belum pernah melihat pria yang mirip dengannya. Nabi Muhammad s.a.w bertanya kepada Jibril siapa pria itu, ia menjawab : “Dia ayah anda Ibrahim”. Mereka memberi salam kepadanya dan dia membalas salam sambil berkata:”Selamat datang wahai anak yang soleh dan nabi yang soleh.”
Kepada Nabi Muhammad saw, nabi Ibrahim a.s. bersabda, “Engkau akan berjumpa dengan Allah pada malam ini. Umatmu adalah akhir umat dan terlalu dha’if, maka berdoalah untuk umatmu. Nabi Ibrahim berpesan: “Anjurkan umatmu memperbanyakkan tanaman di syurga. Nabi Muhammad s.a.w bertanya apakah tanamannya, jawabnya Ucapkanlah “Subhanallah Walhamdulillah walailaha illallahu Allahu akbar, wala haula wala quwatailla billah.”
Langit ketujuh adalah tempat orang-orang yang adil, dengan malaikat yang lebih besar dari bumi ini seluruhnya. Ia mempunyai tujuh puluh ribu kepala, tiap kepala tujuh puluh ribu mulut, tiap mulut tujuh puluh ribu lidah, tiap lidah dapat berbicara dalam tujuh puluh ribu bahasa, tiap bahasa dengan tujuh puluh ribu dialek. Semua itu memuja dan memuji serta mengkuduskan Tuhan.
Setelah melihat beberapa peristiwa lain yang ajaib. Nabi Muhammad s.a.w dan Jibril masuk ke dalam Baitul Makmur dan sholat.
Kemudian Jibril membawa Nabi ke surga. Di Surga Nabi Muhammad s.a.w melihat dan mendengar sesuatu yang tidak pernah didengarnya di bumi. Surga itu sangat indah. Di dalam surga terdapat kubah dari mutiara dan tanahnya beraroma kesturi. Tanah dan lumpur surga terbuat dari zafaran, berupa tepung putih beraroma kesturi dan sangat bersih. Cahaya surga itu berwarna putih, bersinar terang, aromanya semerbak. Disana terdapat gedung megah dan sungai-sungai yang mengalir. Ada istri-istri yang cantik jelita, perhiasan-perhiasan yang banyak, tanaman-tanaman, berbagai macam kesenangan dan kenikmatan di tempat yang tinggi.
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. melihat sebuah sungai susu yang tidak berubah rasanya, sebuah sungai arak yang lezat dan sebuah sungai madu yang jernih. Nabi Muhammad s.a.w juga melihat telaga Al-Kausar. Kemudian Nabi Muhammad Saw. keluar dari surga.
Kemudian Jibril membawa Nabi Muhammad s.a.w meneruskan perjalanan naik ke Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha ditutup dengan warna yang tidak diketahui Nabi Muhammad s.a.w. Di situ ada sebuah pohon yang daunnya seperti telinga gajah dan buahnya sebesar tempayan. Di Sidratul Mutaha ini Nabi Muhammad s.a.w dapat melihat rupa Malaikat Jibril yang asli kedua kalinya setelah sebelumnya melihat rupa Jibril yang asli ketika menerima wahyu yang pertama di Gua Hira. Jibril berkata:”Inilah Sidratul Muntaha.” Di situ juga ada empat sungai. Dua sungai di dalam dan dua sungai lagi di luar. Nabi bertanya: “Dua sungai apakah ini, wahai Jibril?” Dia menjawab:”Adapun dua yang di dalam itu adalah sungai di syurga. Sedangkan dua yang nampak jelas ini adalah sungai Nil dan Furat.”
Nabi Muhammad s.a.w melihat pemandangan yang sangat indah di tempat itu, tidak seorang pun dapat melukiskan keindahannya. Nabi Muhammad s.a.w telah melihat sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Di Sidratul Muntaha ini terdengarlah suara yang berseru kepada beliau, “Wahai Muhammad SAW, masuklah.” Nabi Muhammad s.a.w kemudian diangkat melewati Sidratul Muntaha dan ditutupi awan. Jibril tertinggal.
Nabi Muhammad SAW berseru kepada Jibril, “Ikutlah bersamaku.” Jibril berkata, “Engkau dan Tuhan engkau saja.” Nabi Muhammad s.a.w. berkata lagi, “Adakah di sini sahabat hendak meninggalkan sahabatnya?”
Jibril menjawab, “Inilah saja tempatku, jika aku melintasi kawasan ini niscaya aku akan terbakar dengan cahaya.” Malaikat Jibril tidak mampu melintasi lebih tinggi lagi. Hanya orang yang diizinkan oleh Allah SWT yang dapat melintasi sidratul muntaha. Nabi Muhammad adalah orang yang diangkat derajatnya sehingga dapat melintasi lebih tinggi lagi untuk bertemu dengan Allah SWT.
Nabi Muhammad saw melanjutkan perjalanan tanpa ditemani malaikat Jibril. Nabi Muhammad s.a.w kemudian melalui 70.000 hijab daripada nur hingga sampai ke Mustawa, tempat Kalam menulis, yakni Kalam catatan di Luh Mahfuz. Di situ Nabi Muhammad s.a.w. melihat seorang lelaki yang ghaib dalam Nur Arasy. Bertanya Nabi Muhammad s.a.w: “Siapa ini? Adakah malaikat?”"Tidak,” jawab lelaki itu.”Adakah nabi?” tanya Nabi Muhammad s.a.w lagi.”Tidak. Sesungguhnya aku adalah seorang lelaki yang hidup di dunia, basah dengan menyebut nama Allah yakni berzikir dan hatiku senantiasa terpaut kepada masjid dan aku juga tidak memaki kedua ibu bapakku.”
Nabi kemudian tiba di hadapan Arsy (singgasana Allah). Nabi Muhammad s.a.w melihat ‘Arsy Allah yang dijunjung di atas kepala para Malaikat. Nabi Muhammad s.a.w dapat menyaksikan Allah SWT dengan mata kepalanya. Tiada seorang pun daripada nabi atau mursalin melihat Allah sebelum ini. Sebaik Nabi Muhammad s.a.w melihat Allah, lantas beliau terus sujud menyembah-Nya.
Berfirman Allah: “Wahai Muhammad.” Jawab Nabi Muhammad s.a.w: “Labbaika.” Firman Allah lagi: Angkatkan kepalamu, mohonlah apa yang engkau hendak Aku berikan kepadamu.”
Nabi Muhammad s.a.w pun mengangkat kepalanya sambil berkata: Ya, Rabb. Engkau telah ambil Ibrahim sebagai Khalil dan Engkau berikan dia kerajaan yang besar. Engkau berkata-kata dengan Musa. Engkau berikan Dawud kerajaan yang besar dan dapat melembutkan besi. Engkau kurniakan kerajaan kepada Sulaiman yang tidak Engkau kurniakan kepada sesiapa pun dan memudahkan Sulaiman menguasai jin, manusia, syaitan dan angin. Engkau ajarkan ‘Isa Taurat dan Injil. Dengan izin-Mu, dia dapat menyembuhkan orang buta, orang sufaq dan menghidupkan orang mati. Engkau lindungi dia dan ibunya daripada syaitan.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku angkatkan engkau sebagai Habib (kekasih) dan Aku utuskan engkau untuk manusia seluruhnya supaya mengabarkan berita gembira dan memberi peringatan.
Aku luaskan dadamu dan Aku buangkan daripadamu dosamu dan Aku angkatkan untukmu zikirmu. Aku jadikan umatmu sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia dan Aku jadikan umatmu itu sederhana. Dan Aku jadikan umatmu orang yang pertama dan orang yang terakhir dan Aku jadikan umatmu itu tiada sah khutbah dan solat hingga mereka itu berikrar bahwa engkau hamba-Ku dan pesuruh-Ku.
“Dan Aku jadikan daripada umatmu beberapa kaum yang mana hati mereka berpaut dalam hati mereka. Aku telah jadikan engkau Nabi yang mula-mula diciptakan dan Nabi yang terakhir dibangkitkan, dan Aku jadikan engkau orang yang mula-mula dibicarakan pada Hari Kiamat.
“Dan Aku berikan engkau tujuh ayat yang diulang-ulang bacaannya dalam sholat yaitu surah al-Fatihah, yang tidak aku kurniakan kepada sesiapa sebelummu. Aku berikan engkau penutup surah al-Baqarah, harta yang bernilai di bawah Arasy, ia tiada Aku beri kepada nabi sebelummu.
“Dan Aku berikan engkau dengan delapan saham berharga yaitu Islam, hijrah; sedekah; menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar; dijadikan engkau pembuka dan penutup; diberikan engkau panji-panji kepujian, maka Adam dan lainnya berada di bawah panji-panji engkau. Dan sesungguhnya pada hari Aku menjadikan tujuh petala langit dan bumi.
“Aku fardukan ke atasmu dan umatmu 50 waktu sholat, maka dirikanlah ia.”
Selesai bermunajat kepada Allah, Nabi Muhammad s.a.w pun kembali mendapatkan Jibril. Lalu Jibril pun memimpin tangan Nabi untuk turun. Kemudian Nabi Muhammad s.a.w dibawa menemui nabi Ibrahim a.s.
Sesudah itu Nabi Muhammad s.a.w turun ke tempat Musa a.s.. Musa bertanya”Apakah yang telah diwajibkan Tuhanmu kepada umatmu? Nabi Muhammad s.a.w menjawab, “Sesungguhnya Allah memfardukan ke atasku serta umatku dengan 50 waktu sholat sehari semalam.”. kata Musa, ‘Kembalilah kepada Tuhan mu, mintalah keringanan, karena umatmu tidak sanggup melakukannya. Aku sendiri telah mencoba terhadap bani israil”
“Sesungguhnya Bani Israel yang gagah tidak mampu melakukan amalan yang lebih sedikit daripada itu, sedangkan umatmu lemah tubuhnya, lemah hatinya, mana mungkin mereka mampu melaksanakan tugas seberat itu.”
Selepas mendengar kata-kata Musa itu, Nabi Muhammad s.a.w pun memandang Jibril. Jibril mengisyaratkan supaya Nabi Muhammad s.a.w kembali ke Sidratul Muntaha untuk menemui Allah untuk diringankan apa yang telah difardukan.
Nabi Muhammad s.a.w kemudian kembali kepada Allah lalu beliau sujud kepada Allah dengan berkata: “Wahai Tuhanku, ringankan terhadap umatku apa yang diperintahkan-Mu. Sesungguhnya umatku adalah terlalu daif.”
Firman Allah: “Sesungguhnya telah Ku-kurangkan untuk umatmu itu lima waktu sholat.” Sholat yang tadinya diwajibkan 50 kali sehari itu dikurangi menjadi 45 kali saja.
Nabi Muhammad s.a.w kemudian kembali menemui Nabi Musa. Nabi Muhammad s.a.w berkata kepada Nabi Musa, “Sesungguhnya Allah sudah mengurangkan untukku lima waktu solat.”
kata Musa, “umatmu tidak sanggup menunaikannya sebanyak itu, karena itu kembalilah kepada Tuhanmu mintalah keringanan”. Nabi kemudian berulang-ulang pulang pergi antara Tuhan dengan Musa. Sehingga akhirnya Allah swt berfirman” Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap sholat fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, berarti lima waktu sholat fardu sama dengan lima puluh sholat fardu. Begitu juga siapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya siapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya.
Setelah mendapatkan keringanan dari Allah SWT lalu nabi kembali ke tempat Musa dan diceritakan kepadanya apa yang telah difirmankan Tuhan itu.
Berkata Musa: “Kembalilah kamu kepada Tuhanmu wahai Muhammad, mohonlah keringanan sekali lagi dan sesungguhnya umatmu tiada kuasa untuk melaksanakannya.”
Jawab Nabi Muhammad: “Sesungguhnya aku telah berulang alik kepada Tuhanku beberapa kali hingga aku merasa malu terhadap Tuhanku dan tetap aku laksanakan perintah-Nya ini.”
Tatkala itu, terdengar seruan: “Telah Aku laksanakan yang Aku fardukan dan Aku ringankan untuk hamba-Ku.”
Berkata Musa: “Turunlah engkau wahai Muhammad dengan nama Allah.”
Apabila sampai di Langit Dunia, tiba-tiba Rasulullah melihat debu dan asap serta terdengar suara berisik. Bertanyalah Nabi Muhammad s.a.w kepada Jibril ada apa gerangannya.
Menurut Jibril, itulah syaitan yang menutup mata manusia (anak Adam) hingga mereka tidak mampu berfikir apa yang ada dalam alam malakut langit dan bumi. Dan jika tidak dilakukan begitu niscaya manusia dapat melihat keajaiban-keajaibannya.”
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w kembali dengan tangga itu ke bumi. Nabi Muhammad s.a.w dan Jibril sampai di Baitulmaqdis. Buraqpun dilepaskan dari ikatannya. Dengan buroq itu Nabi kembali ke Mekah pada malam yang sama.
Dalam perjalanan itu, Nabi melintasi beberapa unta milik orang Quraisy yang datang dari Syam. Diantaranya ada seekor unta yang mempunyai dua karung di atas badannya. Karung itu berwarna putih dan hitam.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w kebetulan menuju ke arahnya, terkejutlah unta tersebut dan lari berkeliling-keliling hingga salah seekor daripadanya patah kaki, jatuh lalu ditinggalkan di situ oleh pemiliknya.
Dalam perjalanan itu juga, terlihat oleh Nabi Muhammad s.a.w sekelompok unta dan salah seekor daripadanya tersesat. Nabi Muhammad s.a.w kemudian menuntunnya sehingga kembali dalam kelompoknya.
Nabi Muhammad s.a.w pun memberi salam kepada mereka dan mereka mengenali suara Rasulullah, tetapi ada juga yang tidak percaya. Kemudian Nabi mengambil mangkuk berisi air dan meminumnya.
Pada waktu Nabi Muhammad s.a.w akan berpisah dengan Jibril pada Subuh Isra’ di Dzi Thuwa, suatu tempat dipinggir kota Mekkah, Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Ya Jibril, kaumku akan mendustakan aku”. Jibril menjawab: “Abu Bakar akan membenarkan engkau dan dialah Ash Shiddiq.”
Setelah Nabi Muhammad s.a.w turun dari buroq, maka terangkatlah Buraq ke langit dan terus ke syurga.
Setelah Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad SAW baru saja kembali dari perjalanan Isra’ Mi’raj, orang yang ditemui pertama kali oleh Nabi saw adalah Ummu Hani’ (panggilan Hindun binti Abu Thalib), sepupu beliau.
Pada waktu sebelum fajar Nabi saw membangunkannya. Sesudah melakukan shalat bersama-sama, beliau berkata: Wahai ummu Hani’ sungguh aku telah shalat isya akhir di lembah ini seperti yang engkau lihat, kemudian aku datang ke Baitul Maqdis dan shalat di dalamnya, kemudian aku mengerjakan shalat subuh bersama kalian sekarang seperti yang kalian lihat.”
Nabi Muhammad saw bercerita tentang pengalamannya selama isra’ mi’raj, Ummu Hani mendengarkan dengan seksama. Meskipun cerita-cerita yang didengarnya sama sekali di luar logika, Ummu Hani’ tetap berkata, “Aku percaya akan ceritamu wahai Muhammad. Tapi setelah ini, apa yang hendak kau lakukan?”
“Aku akan menceritakan pada Abu Jahal dan pada semua penduduk Mekah”, jawab Nabi Muhammad saw.
“Wahai Nabi Allah jangan ceritakan peristiwa ini kepada manusia, sebab nanti mereka mendustakanmu dan menyakitimu”. Kata Ummu Hani’. Nabi saw bersabda’ “Demi Allah aku pasti menceritakan peristiwa ini kepada mereka.
***
Pada waktu itu, datanglah Abu Jahal, lantas bertanya: “Apakah kamu ingin memberitakan sesuatu?”
“Ya,” jawab Nabi Muhammad.
“Apakah itu?” tanya Abu Jahal lagi.
Nabi Muhammad menjawab: “Aku telah diperjalankan pada malam tadi ke Baitulmaqdis.
“Apa? Kamu diperjalankan ke Baitulmaqdis dalam tempo satu malam? Apakah engkau mau aku kabarkan berita ini kepada kaummu?”
“Bahkan aku akan kabarkan apa yang aku kabarkan kepadamu ini.”
Abu Jahal pun menyeru dengan suara lantang: “Wahai Bani Kaab dan Bani Lua’, berhimpunlah kamu semua kepadaku.”
Setelah berkumpul semua orang, berkatalah Abu Jahal kepada Nabi Muhammad : “Kabarkanlah kepada kaummu seperti yang engkau kabarkan kepadaku, wahai Muhammad.”
Nabi Muhammad kemudian menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj itu ke penduduk Mekah.
Berkatalah Rasulullah : “Bahawasanya aku telah diperjalankan pada malam tadi.”
“Ke mana?” tanya kaumnya.
“Ke Baitulmaqdis,” jawab Nabi Muhammad
“Apa! Kamu melakukan perjalanan dalam waktu yang sesingkat itu?” tanya mereka lagi.
“Ya,” jawab Nabi Muhammad
Orang-orang Quraisy kemudian menanyakan tentang bagaimana Baitul maqdis itu secara terperinci. Orang-orang Quraisy sibuk bertanya tentang perjalanan Nabi dalam peristiwa israk itu. Mereka bertanya berbagai perkara mengenai Baitulmuqaddis yang kurang jelas pada ingatan Nabi. Hal itu menyulitkan Nabi karena dengan perjalanan yang secepat itu tentunya sulit untuk merinci tentang Baitul Maqdis. Nabi Muhammad kemudian berdiri di Hijr Ismail. Allah kemudian memperlihatkan kepada beliau dari jauh sehingga Nabi mampu melihatnya. Kemudian beliau memberitahukan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang dilihatnya itu. Walau bagaimana sekalipun bentuk pertanyaan yang diajukan kepadanya, Nabi tetap dapat menceritakan kepada mereka
Walaupun nabi sudah bercerita demikian tetapi mereka masih tidak mempercayai dengan perjalanan ke Baitul Maqdis yang secepat itu. Hal tersebut kemudian menimbulkan kesangsian juga pada beberapa orang pengikutnya. Tidak sedikit mereka yang sudah Islam itu kemudian berbalik murtad. Mereka yang masih menyangsikan hal ini lalu mendatangi Abu Bakr dan keterangan yang diberikan Muhammad itu dijadikan bahan pembicaraan.
“Kalian berdusta,” kata Abu Bakr.
“Sungguh,” kata mereka. “Dia di mesjid sedang berbicara dengan banyak orang.”
“Dan kalaupun itu yang dikatakannya,” kata Abu Bakr lagi, “tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku, bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, aku percaya. Ini lebih lagi dari yang kamu herankan.”
Abu Bakar kemudian menemui Nabi Muhammad dan langsung bertanya ;” Ya Rosulullah benarkah anda mengatakan kepada orang banyak , bahwa anda datang dari Baitul Maqdis semalam ?”
Beliau menjawab ;”Ya benar !”. ” Ya Rosulullah, cobalah sebutkan kepadaku bagaimana Baitul Maqdis itu, aku sudah pernah pergi ke sana “, kata Abu Bakar, Seketika itu gambaran Baitul Maqdis tampak jelas di depan mata Nabi s.a.w, hingga beliau dapat menyebutkan bagian-bagian dari bangunan masjid tersebut.
“Anda sungguh tidak berdusta ya Rosulullah ! Aku bersaksi anda benar-benar utusan Allah!”Tiap Abu Bakar mendengar bagian-bagian Baitul Maqdis disebut ia mengucapkan berulang-ulang kepada Nabi Muhammad : Anda benar…anda benar…”. Sejak itu Abu Bakar diberi gelar dengan “AshShiddiq” yang berarti amat membenarkan.
Walaupun demikian banyak dari mereka masih kurang percaya , sehingga mereka masih meminta bukti dari Rosulullah, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ummu Hani binti Abu Thalib. Beliau, Rosulullah s.a.w. berkata :
” Tadi malam aku melewati kafilah Bani Fulan di sebuah lembah.
Binatang yang kutunggangi mengejutkan mereka sehingga ada seekor di antara unta mereka melesat jauh ketika itu aku sedang menuju Syam.
Sampai di Dhajran dan aku melewati satu kafilah lagi dan aku minum ketika mereka sedang tidur nyenyak. Sekarang mereka berada di tikungan jalan Ta’nim.
Yang paling depan unta coklat tua dan berponok dua , hitam dan ada yang belang-belang.
Lalu mereka beramai-ramai ke jalan tikungan Ta’nim, dan ternyata kafilah tersebut baru tiba dengan unta yang disebutkan beliau.
Dan mereka bertanya tentang kejadian semalam, ternyata sama persis seperti apa yang diceritakan Nabi Muhammad s.a.w. Rasul Allah.
Nama-nama yang berhubungan dengan Isra’ Mi’raj
a. Malaikat
Malaikat berasal dari kata malakah yang berarti “mengutus” atau “perutusan/risalah”. Allah swt. menciptakan malaikat dari nur (cahaya), sebagaimana Dia menciptakan Nabi Adam a.s. dari tanah liat, juga sebagaimana menciptakan jin dari api. Allah Taala menciptakan malaikat lebih dahulu daripada manusia. Tabiat malaikat ialah secara sempurna berbakti kepada Allah, tunduk dan patuh pada kekuasaan dan keagungan-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan mereka pun ikut mengatur alam semesta menurut kehendak dan iradah Allah Taala.
Allah Taala menciptakan malaikat berupa makhluk yang bersayap dan di antaranya ada yang bersayap dua buah, tiga buah, empat buah dan ada pula yang lebih dari itu. Semua ini menunjukkan nilai dan perbedaan pangkat di sisi Allah Taala, juga tentang kekuasaannya cepat atau lambatnya dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Sesuai Firman Allah dalam Al Qur’an:
Segenap puji bagi Allah, Maha Pencipta langit dan bumi, yang membuat malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap-sayap, ada yang dua, tiga atau empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Fathir:1).
Beberapa malaikat yang pernah diceritakan diantaranya yaitu: Jibril bertugas membawa wahyu kepada para Nabi dan Rasul, Izrail bertugas sebagai pencabut nyawa, Mungkar dan Nakir selaku dua malaikat yang melakukan menanyakan di dalam kubur, Israfil berfungsi sebagai peniup sangkakala pada hari kiamat, Mikail bertugas memberikan hujan dan pengatur rezeki, Raqib dan ‘Atid selaku dua malaikat pencatat amal manusia, Ridwan sebagai penjaga syurga, Malik sebagai penjaga neraka dan Hamalatul ‘Arsy sebagai malaikat yang membawa ‘Arsy Tuhan di hari kiamat.
Malaikat Jibril merupakan malaikat yang mengantar Nabi Muhammad Saw. dalam perjalanan Isra’ Mi’raj. Nabi dapat melihat bentuk asli Jibril hanya dua kali saja yaitu ketika menerima wahyu pertama dan ketika di Sidratul Muntaha waktu mi’raj. Bentuk Malaikat Jibril digambarkan memiliki 600 sayap yang menutup ufuk dan tubuhnya sangat besar terlihat seperti memenuhi antara bumi dan langit. Malaikat Jibril juga disebut sebagai Ruh suci atau ruh kudus.
Manusia pada umumnya tidak dapat melihat malaikat. Tetapi malaikat dalam beberapa peristiwa dapat menyerupai manusia sehingga manusia dapat melihat malaikat yang menyerupai manusia itu.
b. Buraq
Buraq itu adalah binatang yang putih, panjang, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari baghal. Buraq ini dapat meloncat sejauh batas pandangannya; kedua telinganya selalu bergerak. Jika menaiki gunung kedua kaki belakangnya memanjang dan jika menuruni jurang kedua kaki depannya memanjang. Dia mempunyai dua sayap pada kedua pahanya yang dapat membantu dan memperkuat kecepatannya. Buraq mempunyai empat kaki. Satu langkah ke satu langkah kakinya adalah seumpama sekelip mata memandang. Ada orang yang berusaha menyesatkan dengan menyebutkan bahwa buroq berkepala seorang wanita padahal tidak pernah ada hadis yang menyatakan hal tersebut.
Nabi-nabi sebelumnya juga pernah menaiki buraq. Sa’id bin Musayyab dan lainnya berkata bahwa buraq adalah kendaraan Nabi Ibrahim yang beliau naiki dari negerinya menuju Baitul Haram. Nabi Muhammad juga akan menungangi Buroq ketika pada hari kebangkitan nanti.
c. Masyithah
Ketika dalam perjalanan ke Baitul Maqdis Nabi mencium bau harum. Ternyata bau harum itu adalah bau Masyithah beserta suami dan kedua anaknya yang dibunuh oleh raja Fir’aun dari Mesir yang mengaku sebagai Tuhan, karena mempertahankan imannya dan mengingkari ketuhanan Fir’aun..
Masyithah adalah tukang menata rambut dari anak perempuan Fir’aun. Pada suatu hari, ketika Masyithah sedang menyisir rambut anak perempuan raja Fir’aun, sisirnya jatuh dan Masyithah mengucapkan:
Dengan nama Allah, rugi si Fir’aun.
Mendengar ucapan Masyithah tersebut, maka terjadilah dialog antara anak perempuan
Fir’aun dengan Masyithah sebagai berikut:
Anak Fir’aun: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain ayahku ?”
Masyithah: “Ya!”
Anak Fir’aun: “Apakah engkau berani pernyataanmu ini saya beritahukan kepada ayahku?”
Masyithah: “Berani!”
Setelah anak Fir’aun memberitahukan kepada ayahnya tentang pernyataan Masyithah, maka Masyithah pun dipanggil oleh Fir’aun, lalu terjadi dialog sebagai berikut:
Fir’aun: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku ?”.
Masyithah: “Ya, Tuhanku dan Tuhan tuan adalah Allah !”.
Mendengar jawaban tersebut Fir’aun pun menyuruh agar suami dan kedua anak Masyithah dihadapkan kepadanya. Setelah mereka menghadap, Fir’aun membujuk Masyithah beserta suaminya agar keduanya meninggalakan agamanya (agama tauhid) dan mengakui Fir’aun sebagai Tuhan. Setelah bujuk rayu Fir’aun ditolak oleh keduanya, maka Fir’aun berkata kepada keduanya:
“Jika kalian berdua menolak permintaanku, maka aku akan membunuh kalian berdua beserta anak-anak kalian!”.
Masyithah menjawab: “Terserah, mana tindakan yang baik menurut tuan terhadap kami. Dan jika tuan membunuh kami, kami minta agar kami sekeluarga dikubur dalam satu rumah!”.
Fir’aun berkata: “Baik, permintaanmu akan kami kabulkan!” Kemudian Fir’aun memerintahkan untuk menyiapkan sebuah wajan besar penuh dengan minyak. Setelah wajan tersebut dipanaskan dan medidih, anak Masyithah yang besar dimasukkan lebih dahulu, sedang Masyithah beserta suaminya dan anaknya yang masih berumur tujuh bulan disuruh menyaksikan, dengan harapan agar Masyithah berubah pendiriannya. Kemudian suami Masyithah mendapat giliran yang kedua. Setelah giliran sampai pada Masyithah dan anaknya yang masih menetek, tiba-tiba anak Masyithah yang masih menetek berkata dengan fasih kepada ibunya: “Janganlah ibu ragu-ragu untuk mati membela kebenaran; masuklah ke dalam wajan!”. Kemudian Masyithahpun dilemparkan ke dalam wajan tersebut beserta anaknya.
Sumber : republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar