Sabtu, 24 Agustus 2013

Dzikrullah

Suatu ketika Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib bertemu dengan serombongan Orang Yaman, keduanya mendapat informasi bahwa Uais al-Qarni tinggal di padang pasir seorang diri. Dia tampak "gila" tidak makan apa yang dimakan orang dan tidak merasakan senang atau susah. Ketika orang-orang tersenyum dia menangis dan ketika orang menangis dia tersenyum. Cerita orang-orang Yaman itu mendorong mereka untuk segera bertemu dengan Uais al-Qarni.


Akhirnya di suatu tempat terpencil kedua hamba Allah itu bertemu dengan orang itu sebagaimana dituturkan oleh Abu Na'im al Asfahani :
Umar bin Khattab bertanya, "Apa pekerjaan Anda?"
"Saya bekerja sebagai pengembala," jawab Uais.
"Siapa nama Anda?" tanya Umar lebih lanjut.
"Saya adalah hamba Allah," jawabnya singkat.
"itu sudah jelas, semua kita adalah hamba Allah. Izinkanlah kamu melihat lebih dekat badan Anda!" kata Umar memohon.
"Silahkan !" jawab Uais dengan sopan.
Kemudian Ali bin Abi Thalib berkata, "Kami berkesimpulan Andalah yang dikatakan Rasulullah dan karena itu berikan pelajaran dan doakan kami!"
"Saya tidak pernah mendoakan secara khusus untuk seseorang, tetapi mendoakan seluruh kaum muslimin. Siapakah Anda berdua?" Selidik Uais.
"Beliau adalah Umar bin Khattab, Amirul Mukminin, dan aku adalah Ali bin Abi Thalib," jelas Sayyidina Ali.
"Assalamu'alaikum wahai Amirul Mukminin dan wahai Ali bin Abi Thalib, semoga Allah membalas kebaikan tuan berdua atas jasa-jasa tuan kepada umat Islam," kata Uais.
"Ajarilah kami wahai hamba Allah! pinta Umar.
"Carilah rahmat Allah dengan taat dan mengikuti dengan penuh harap dan takut kepadaNya." jelas Uais.
"Terima kasih atas pelajaran yang amat berharga ini. Kami telah menyediakan seperangkat pakaian dan uang untuk Anda. Kami harap agar diterima," tutur Umar bin Khattab.
"terima kasih Amirul Mukminin, saya tidak menolak tetapi tidak membutuhkan hadiah itu. Upah saya 4 dirham. Itu saja sudah berkelebihan hingga sisanya kuserahkan kepada ibuku. Aku hanya makan buah korma dan minum air putih dan belum pernah memakan makanan yang dimasak. Hidupku kurasakan tidak akan sampai kepada petang hari dan kalau petang hari aku tidak merasa sampai pagi hari. Hatiku selalu zikir kepadaNya dan amat kecewa kalau zikirku itu putus, terima kasih tuan-tuan," tutur Uais pelan.

Uais al-Qarni adalah seorang zahid besar dari para tabi'in, hidup sederhana, taat dan takutnya kepada Allah, Rasul dan orang tuanya sangat besar. Siang hari dipenuhi dengan kerja dan pada malam hari dipenuhi dengan sembahyang. Meskipun pada siang hari bekerja, namun ia selalu dalam dzikir dan mulutnya tak pernah henti dengan al-Qur'an.

Uais selalu berada dalam keadaan lapar dan hanya mempunyai pakaian yang hanya melekat di badan. Dalam keadaan demikian ia berdoa, "Ya Allah, janganlah Engkau siksa aku karena ada yang mati kelaparan dan janganlah Engkau siksa aku karena ada yang mati kedinginan.

Uais al-Qarni selalu bersama Tuhan dan orang-orang yang lemah. Ia merasakan bagaimana derita orang-orang yang lemah sebagaimana yang diamalkan oleh Rasulullah.

Dzikir sebenarnya bukan hanya sekadar mengingat dan menyebut nama Allah, tetapi memiliki arti yang lebih dalam lagi. Berdzikir berarti kita sedang mengetuk-ngetuk nurani kita sendiri, mencari dan membedah batin, sehingga tumbuh kesadaran, keinsyafan, dan kemudian berpadulah rasa cinta (mahabbah) dan takut (khauf) kepada Allah dengan penuh harap dan cemas.

Rasulullah bersabda, "Perumpamaan antara orang hidup dan mati itu, bagaikan orang yang berdzikir dan orang yang tidak berdzikir."

Sehingga, didalam kandungan dzikir terukir satu tindakan yang penuh kesadaran hanya ingin berpihak kepada kebenaran. Adalah tidak mungkin orang yang berdzikir tetapi tindakannya justru bertentangan dengan kehendak Allah.

Dzikir lisan harus berangkat dari dzikir kalbu yang kemudian terukir dalam dzikir amali, yaitu kesadaran bahwa dzikrullah hanya mempunyai nilai selama diwujudkan dalam kemanusiaan, seperti yang dilakukan oleh Uais al-Qarni.

Betapa besar makna dzikir, sehingga Allah memerintahkan kita semua untuk memperbanyak dzikir, yaitu "Wahai orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya, bertasbih dan bertakbirlah pagi dan petang." (Q.S. 33 : 41-42).

Sumber : Materi Kuliah Subuh Bapak Hasanuddin Selan, pada tanggal 23 Agustus 2013.

                            ----- Semoga bermanfaat bagi diriku sendiri dan kita semua,
                         dan semoga kita semua bisa mengamalkan isi dari materi tersebut.
                                                    Aamiin allahumma aamiin... -------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar