1.Tauhid Ar-Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) baik mencipta, memberi rizki menghidupkan dan mematikan serta bahwasanya Dia adalah Raja, Penguasa dan Yang mengatur segala sesuatu. Ilmu tauhid di sebut sebagai ilmu al aqaid karena fokus pembicaraannya adlah tentang kepercayaan atau keimanan atau credos.
Kalimah tauhid membawa pengertian mengetahui, berikrar, mengakui dan mempercayai bahawa sesungguhnya sembahan yang benar dan berhak disembah ialah Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) semata-mata. Selain daripada-Nya, sama sekali tidak benar dan tidak berhak disembah.Tauhid juga merupakan kewajiban pertama yang di perintahkan oleh Allahkepada hambaNya. Penghayatan kalimah itu meliputi berikrar dengan hati, menyatakan dengan lidah dan membuktikan dengan perbuatan.Tauhid ar-Rububiyyah bermakna beri’tiqad bahawa Allah SWT bersifat Esa, Pencipta, Pemelihara dan Tuan sekelian alam. Tauhid al-Uluhiyyah pula bermakna menjadikan Allah SWT sahaja sebagai sembahan yang sentiasa dipatuhi.
Tauhid
rububiyyah yang tetap diyakini oleh orang-orang kafir tetapi tidak menjadikan
mereka sebagai muslim. Pengertian
tauhid ini adalah menetapkan bahwa Allah adalah Pencipta, Yang memberi rizki,
Yang menghidupkan dan Yang mematikan, dan Yang mengurus seluruh persoalan. Dan
penetapan hal-hal ini untuk Allah tidak menyebabkan mereka menjadi muslim,
karena mereka masih menyembah berhala atau kuburan orang-orang yang shalih
dengan mengadakan penyembelihan di tempat tersebut, memita pertolongan kepada
mereka dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Kaum musyrikin
mengakui bahwasanya hanya Allah semata Pencipta segala sesuatu, Pemberi rezeki,
Yang memiliki langit dan bumi, dan Yang mengatur alam semesta, namun mereka
juga menetapkan berhala-berhala yang mereka anggap sebagai penolong, yang mereka
bertawasul dengannya (berhala tersebut) dan menjadikan mereka pemberi syafa’at,
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat
مَا
نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللهِ زُلْفَى [الزمر: 3].
Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya".
Dalil yang menyebutkan bahwa orang kafir
juga menetapkan tauhid rububiyyah adalah firman Allah :
ُلْ لِمَنِ اْلأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ () سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ () قُلْ مَنْ
رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ () سَيَقُولُونَ
لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ () قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ
وَهُوَ يُجِيرُ وَلاَ يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ () سَيَقُولُونَ
لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ [المؤمنون: 84 - 89].
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi
ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan
menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak
ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang
Empunya `Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah:
"Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang
Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab) -Nya, jika
kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."
Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (al-Mu’minun:84-89)
Adapun tauhid yang mereka tolak adalah
tauhid ibadah kepada Allah. Orang-orang musyrik pada saat ini tetap meyakini
tauhid rububiyyah ini, sehingga mereka tetap berdo’a kepada Allah di siang
maupun malam hari, dengan penuh rasa takut dan harap. Tetapi kemudian mereka
juga berdo’a kepada malaikat untuk kebaikan mereka, untuk lebih mendekatkan
diri mereka kepada Allah, dan agar malaikat memberikan syafaat bagi mereka.
Mereka juga berdo’a kepada orang-orang yang shaleh seperti para wali atau para
nabi.
Sebagian ulama Salaf berkata: “Jika
kalian tanya pada mereka : ‘Siapa yang menciptakan langit dan bumi?’ Mereka
pasti menjawab: ‘Allah.’ Walaupun demikian mereka tetap saja menyembah Tuhan akan
tetapi mereka (orang kafir) menyembah kepada selain-Nya.”
Pernyataan orang musyrik dalam tauhid rububiyyah tidak menjadikan mereka masuk ke dalam Islam, karena tujuan ibadah mereka adalah malaikat, para nabi dan para wali; Peribadatan itu dilakukan dengan harapan mendapat syafaat dari mereka, dan untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah. Hal itulah yang menyebabkan halal darah dan harta mereka untuk diperangi.
Orang-orang musyrik di zaman kita saat
ini telah melakukan kekufuran yang lebih besar dari kekufuran di zaman Nabi
saw. Mereka menyekutukan Allah dalam hal perundang-undangan. Mereka tunduk pada
ketentuan bahwa Allah adalah Yang membagi rizki, Dia yang menghidupkan dan
mematikan, Dia Yang menurunkan hujan dari langit, Yang menumbuhkan
rerumputan dan menyiraminya, Dia menjadikan anak laki-laki bagi orang-orang
yang Dia kehendaki, Dia yang menentukan jodoh mereka, baik laki-laki maupun
perempuan, dan Dia menjadikan mandul bagi orang yang Dia kehendaki. Mereka
yakin bahwa semua hal-hal tersebut adalah hak Allah, bukan hak raja atau
presiden mereka. Tetapi dalam tasyri’ (pembuatan undang-undang), memerintah dan
menentukan hukum pelaksananya adalah dari pihak mereka. Jadi hakekatnya hak itu
adalah milik pemimpin mereka, thaghut mereka, atau ilah-ilah mereka yang ada di
bumi. Maka mereka berada dalam kemusyrikan sebagaimana kaum kafir Quraisy,
hanya saja mereka menambahkan kekufuran itu dalam bentuk lebih mengagungkan
perintah, hukum, perundang-undangan dari berbagai ilah dan rabb mereka
yang yang ada di bumi dari pada hukum dan perundang-undangan Allah. Maka
celakalah orang yang lebih kufur daripada Abu Jahal dan Abu Lahab.
Pengertian
Lanjut Tauhid ar-Rububiyyah
Antara
pengertian kalimah Rabb ialah:
1. As-Sayyid (Tuan) 5. Pendidik
2. Al-Malik (Yang Memiliki) 6. Pengasuh
3. Pencipta 7. Penjaga
1. As-Sayyid (Tuan) 5. Pendidik
2. Al-Malik (Yang Memiliki) 6. Pengasuh
3. Pencipta 7. Penjaga
4.
Penguasa
8. Penguat
kuasa
A.Allah Bersifat Mutlak
Manusia, jika dia bersifat
seperti memiliki dan berkuasa, maka sifatnya itu sementara. Segala sesuatu di
alam ini kepunyaan Allah. Apa yang dimiliki makhluk hanyalah bersifat pinjaman
dan majaz (kiasan). Hanya Allah sebagai Rabb al-’Alamin (Rabb sekelian alam)
dan mempunyai segala sifat kesempurnaan. Dengan sifat-sifat-Nya yang Maha
Sempurna mengakibatkan seluruh makhluk bergantung kepada-Nya, memerlukan
pertolongan-Nya dan berharapkepada-Nya.
Manusia, jika dia cerdik, bijak dan pandai, maka semuanya itu datang daripada Allah. Segala kekayaan dan penguasaan manusia bukanlah miliknya yang mutlak tetapi datang daripada Allah.Manusia dijadikan hanya sebagai makhluk. Dia tidak memiliki apa-apa melainkan setiap kuasa, tindak-tanduk, gerak nafas dan sebagainya datang daripada Allah.Allah, Dialah Maha berkuasa, mencipta, menghidup dan mematikan. Dia berkuasa memberikan manfaat dan mudarat. Jika Allah mahu memberikan manfaat dan kelebihan kepada seseorang, tiada siapa mampu menghalang atau menolaknya. Jika Allah mahu memberikan mudarat dan keburukan kepada seseorang seperti sakit dan susah, tiada siapa dapat menghalang atau mencegahnya.Oleh itu hanya Allah sahaja ‘mutafarriq’, bermakna hanya Allah yang berkuasa untuk memberikan manfaat atau mudarat.
Firman Allah SWT:“Jika Allah
menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tiada yang dapat menghilangkannya
melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dialah
Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” (Al-An’am: 17)
Dengan sifat-sifat Allah tersebut, maka
timbullah kesan tauhid kepada seseorang. Dia hanya takut kepada Allah, dan
berani untuk bertindak melakukan sesuatu kerana keyakinannya kepada Allah.
B.Dalil-Dalil Tauhid ar-Rububiyyah
Banyak dalil
menunjukkan bahawa Allah itu Maha Esa dan tiada sesuatu menyamai Allah dari
segi Rububiyyah. Antaranya:
1.Lihatlah pada tulisan di papan hitam,
sudah pasti ada yang menulisnya. Orang yang berakal waras akan mengatakan
bahawa setiap sesuatu pasti ada pembuatnya.
2. Semua benda
di alam ini, daripada sekecil-kecilnya hinggalah sebesar-besarnya, menyaksikan
bahawa Allah itu adalah Rabb al-’Alamin. Dia
berhak ke atas semua kejadian di alam ini.
3.Susunan alam yang mengkagumkan, indah
dan tersusun rapi adalah bukti Allah Maha Pencipta. Jika alam boleh
berkata-kata, dia akan menyatakan bahawa dirinya makhluk ciptaan Allah. Orang
yang berakal waras akan berkata bahawa alam ini dijadikan oleh satu Zat Yang
Maha Berkuasa, yaitu
Allah. Tidak ada orang yang berakal waras akan menyatakan bahawa sesuatu itu
boleh berlaku dengan sendiri.
Begitulah hebatnya Ilmu Allah. Pandanglah
saja kepada kejadian manusia dan fikirkanlah betapa rapi dan seni ciptaan-Nya.terdapat seribu satu macam ciptaan Allah
yang memiliki sifat yang berbeda-beda antara satu sama lain. Semuanya
menunjukkan bahawa Allah adalah Rabb yang Maha Bijaksana .
C.Fitrah mengakui Rububiyyah Allah
Berikrar dan mengakui akan Rububiyyah
Allah adalah suatu perkara yang dapat diterima. Hakikat ini terlintas dalam
setiap fitrah manusia. Meskipun seseorang itu kafir, namun jauh di lubuk
hatinya tetap mengakui Rububiyyah Allah SWT. Firman Allah SWT:
“Dan jika kamu bertanyakan mereka tentang: Siapakah pencipta langit dan bumi? Nescaya mereka menjawab: Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa dan Yang Maha Mengetahui.”(Az-Zukhruf: 9)
Tidaklah susah untuk membuktikan
Rububiyyah Allah SWT. Fitrah setiap insan adalah buktinya. Manusia yang
mensyirik dan mengkufurkan Allah juga mengakui ketuhanan Allah Yang Maha
Pencipta.
D.Al-Quran mengakui adanya Tauhid ar-Rububiyyah di dalam jiwa
manusia
Al-Quran mengingatkan bahawa fitrah
atau jiwa manusia memang telah memiliki rasa mau mengakui Allah Rabb
al-’Alamin. Firman Allah SWT:
“Dan mereka mengingkarinya kerana
kezaliman dan kesombongan (mereka) pada hal hati mereka meyakini
(kebenaran)nya.”(An-Naml: 14)
Keengganan dan keingkaran sebahagian
manusia untuk mengakui kewujudan Allah sebagai al-Khaliq (Yang Maha Pencipta),
sebenarnya didorong oleh perasaan sombong, degil (‘inad) dan keras hati.
Hakikatnya, fitrah manusia tidak boleh kosong daripada memiliki perasaan
mendalam yang mengakui kewujudan al-Khaliq.
Jika fitrah manusia bersih daripada
sombong, degil, keras hati dan selaput-selaput yang menutupinya, maka secara
spontan manusia akan terus menuju kepada Allah tanpa bersusah payah untuk melakukan
sebarang pilihan. Secara langsung lidahnya akan menyebut Allah dan meminta
pertolongan daripada-Nya.telatah
manusia, apabila berada di saat-saat genting, tidak akan terfikir dan terlintas
sesuatu di hatinya kecuali Allah sahaja. Ketika itu segenap perasaan dan
fikirannya dipusatkan kepada Allah semata-mata. Benarlah Firman Allah SWT:
“Dan apabila mereka dilambung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan keikhlasan kepada-Nya, maka ketika Allah menyelamatkan mereka lalu sebahagian daripada mereka tetap berada di jalan yang lurus. Dan tiada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain golongan yang tidak setia lagi ingkar.” (Luqman: 32).
“Dan apabila mereka dilambung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan keikhlasan kepada-Nya, maka ketika Allah menyelamatkan mereka lalu sebahagian daripada mereka tetap berada di jalan yang lurus. Dan tiada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain golongan yang tidak setia lagi ingkar.” (Luqman: 32).
2.TAUHID AL-ULUHIYYAH
A.Pengertian Tauhid Al-Uluhiyyah
Tauhid ini adalah tauhid yang diserukan
oleh para rasul yang mulia agar manusia menetapkan dan mentaati tauhid
uluhiyah. Makna Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan allah dalam peribadatan.
Maksud Tauhid al-Uluhiyyah ialah kita mentauhidkan Allah dalam peribadatan atau
persembahan. Allah SWT mengutuskan para rasul bertujuan menyeru manusia
menerima Tauhid al-Uluhiyyah. Tentang uluhiyah (ketuhanan),dapat di artikan dengan
lafadz illah. Adapun
macam-macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah antara shalat, zakat, puasa,
hajji, dan juga berdo’a, sebagaimana firman Allah.
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu
berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (al-Mukmin:60).
Segala sesuatu yang diikuti, ditaati,
dimintai keputusan hukum
selain dari Allah baik ia dari golongan syetan, manusia yang masih hidup maupun
yang sudah mati, binatang, benda-benda mati seperti batu, pohon atau planet
(bintang), baik disembah dengan mengorbankan binatang, berdo’a kepadanya, atau
shalat kepadanya, maka ia menjadi thaghut yang disembah selain dari
Allah. Adapun orang yang mentaati, mengikuti dan meminta putusan hukum kepada
selain Allah, maka ia menjadi hamba thaghut.
Iman kepada thaghut terjadi karena berpaling
dari salah satu bentuk ibadah kepada Allah atau karena berpaling dari meminta
keputusan hukum kepada-Nya. Dan kufur kepada thaghut terjadi dengan cara
meninggalkan ibadah kepadanya, meyakini kebathilannya, tidak meminta keputusan
hukum kepadanya, memusuhi hamba thaghut, mengkafirkan dan memerangi mereka.
وَقَاتِلُوهُمْ
حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ
Dan
perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata
untuk Allah. (al-Anfal:39).
Maka kufur terhadap thaghut adalah rukun
pertama di antara rukun tauhid, berdasarkan kepada dua hal :
Pertama, berdasarkan pada nash-nash syara’ yang
mendahulukan penyebutan kufur terhadap taghut daripada iman kepada Allah,
sebagaimana di dalam firman Allah,
فَمَنْ
يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ
الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا
Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus.(al-Baqarah:256).
Demikian juga dalam ucapan syahadat
tauhid, laa ilaha illallah. Dalam ucapan itu lebih didahulukannya
penafian terhadap ilah bisa difahami sebagai bentuk kufur terhadap
thaghut lebih dikedepankan daripada penetapan (itsbat) yang bermakna
iman kepada Allah.
Kedua, dan inilah yang lebih penting, bahwa
iman dan amal shalih lainnya apabila tidak disertai dengan kekufuran terhadap
thaghut manjadi tidak ada manfaatnya bagi pelakunya. Seorang yang beriman kepada
Allah dan juga beriman kepada thaghut maka ia seperti orang yang membawa
sesuatu dan lawannya dalam waktu yang sama, maka akibatnya pelaku itu tidak
mendapatkan manfaat apa-apa dari imannya dan dari amal shalih yang dilakukannya
sampai ia mengingkari thaghut, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ
أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Seandainya
mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan. (al-An’am:88)
Maka apabila seseorang berpaling dari
ketaatan kepada Rasulullah saw, dan menolak untuk mengikutinya, maka ia
termasuk golongan orang kafir.
Seseorang tidak akan menjadi mukmin
kecuali ia bertahkim kepada Rasulullah saw. Ibnu al-Qayyim berkata ketika
menafsirkan ayat; Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan
(an-Nisa’:65) Allah bersumpah dengan diri-Nya sendiri yang Maha Suci, sumpah
yang digunakan untuk menekankan penafian iman seseorang sehingga mereka
berhukum kepada Rasulullah di dalam setiap persoalan yang terjadi di antara
mereka, baik yang bersifat ushul (prinsip) mapun furu’ (cabang),
dalam hukum syara’, tempat kembali, seluruh sifat dan lain-lainnya. Dan
tidak ditetapkan adanya iman kalau hanya bersedia meminta keputusan kepada
Rasulullah sehingga di dalam jiwa mereka tidak ada perasaan berat dan hati.
Sebaliknya hati mereka terasa lapang, senang, puas, dan menerima keputusan itu
dengan sepenuh hati. Dan tidak ditetapkan adanya iman itu sehingga ia menerima
keputusan rasul dengan penuh keridlaan, penyerahan diri, tidak ada keinginan
untuk membantah dan tidak ingin berpaling dari keputusan itu.
B.Cetusan Rasa Cinta Kepada Allah
Menyembah atau beribadah kepada Allah
dapat dilaksanakan apabila tercetus rasa cinta yang suci kepada Allah dan rela
(ikhlas) menundukkan diri serendah-rendahnya kepada-Nya. Seseorang hamba itu
disifatkan sedang menyembah Allah apabila dia menyerahkan seluruh jiwa raga
kepada Allah, bertawakkal kepada Allah, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran
Allah, berpaut kepada ketentuan Allah, meminta serta memulang (menyerah)
sesuatu hanya kepada Allah, berjinak-jinak dengan Allah dengan cara sentiasa
mengingati-Nya, melaksanakan segala syariat Allah dan memelihara segala
perlakuan menurut cara-cara yang di ridhai Allah.
C.Ubudiyyah Yang Semakin Bertambah
Pengertian ‘ubudiyyah (pengabdian) kepada
Allah akan bertambah sebati dan hebat kesannya dalam kehidupan manusia apabila
semakin mendalam pengertian dan keinsafannya tentang hakikat bahawa manusia itu
terlalu fakir di hadapan Allah. Manusia sentiasa bergantung dan berhajat kepada
Allah. Manusia tidak boleh terlepas daripada kekuasaan dan pertolongan
Allah walaupun sekelip mata.
Begitu juga dengan cinta atau kasih
(hubb) manusia kepada Allah dan rasa rendah diri (khudu’) manusia kepada Allah
yang akan bertambah teguh apabila semakin mantap ma’rifat dan kefahamannya
terhadap sifat-sifat Allah, Asma’ Allah al-Husna (sifat-sifat Allah yang
terpuji), kesempurnaan Allah dan kehebatan nikmat kurniaan Allah.
Semakin terisi telaga hati manusia dengan
pengertian ‘ubudiyyah terhadap Allah semakin bebaslah dia daripada belenggu
‘ubudiyyah kepada selain daripada Allah. Seterusnya dia akan menjadi seorang
hamba yang benar-benar tulus dan ikhlas mengabdikan diri kepada Allah. Itulah
setinggi-tinggi darjat yang dapat dicapai oleh seseorang insan.
Allah telah menggambarkan di dalam
al-Qur’an keadaan para rasul-Nya yang mulia dengan sifat-sifat ‘ubudiyyah di
peringkat yang tinggi. Allah telah melukiskan rasa ‘ubudiyyah Rasulullah SAW
pada malam sewaktu wahyu diturunkan, ketika baginda berda’wah dan semasa
baginda mengalami peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Konstribusi
Materi Tauhid
al-Rububiyyah menghubungkan Tauhid Al-Uluhiyyah Dalam Upaya
Mencapai Tauhidullah
Seperti yang telah dinyatakan di atas,
Tauhid al-Rububiyyah ialah mengakui keesaan Allah sebagai Rabb, Tuan, Penguasa,
Pencipta dan Pengurnia secara mutlak. Tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam
Rububiyyah.sesungguhnya
kesanggupan dan kesediaan manusia mentauhidkan Allah dari segi Rububiyyah
dengan segala pengertiannya akan menghubung atau menyebabkan manusia mengakui
Tauhid al-Uluhiyyah iaitu mengesakan Allah dalam pengabdian. Secara spontan
pula manusia akan mengakui bahawa Allah sahaja layak disembah, selain
daripada-Nya tidak layak disembah walau dalam apa bentuk sekalipun.
Dengan tauhid yang kuat, maka akan
terbentukkan berbagai
dorongan yang ada dalam jiwa manusia. Dia akan takut hanya kepada Allah SWT dan
berani mempertahankan keyakinannya seperti yang dipersaksikan dalam sirah
Rasulullah dan para sahabat:
1.Rasulullah SAW pernah memerintahkan Ali
RA agar tidur di atas katilnya sebelum baginda keluar berhijrah ke Madinah,
sedangkan musuh Islam begitu giat mengintip. Namun Sayyidina Ali sanggup
berbuat mengikut perintah Rasulullah SAW kerana beliau yakin atas Kehendak dan
Kekuasaan Allah.
2.Khalid Ibn al-Walid RA pernah mengalami
banyak cacar dan luka pada
badannya kerana berperang di jalan Allah. Namun dia tetap yakin dengan
Kekuasaan Allah. Dia tetap meneruskan pertempuran melawan musuh.
3. Bilal bin Rabah RA sanggup
diheret di padang pasir, dijemur di bawah kepanasan matahari dan disiksa dengan batu besar diletakkan di atas
tubuhnya. Dia tetap mempertahankan keimanannya.
Kini, ramai manusia yang kehilangan
keyakinan ini. Mereka masih yakin kepada yang lain daripada Allah. Mereka takut
kepada kegagalan, ketua, kematian dan sebagainya.Oleh itu menjadi kewajipan
bagi pendakwah-pendakwah Islam untuk mengembalikan manusia kepada keyakinan
yang betul.
-----------------------
Lihat
sumber selengkapnya di :
http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2011/07/apakah-tauhid-uluhiyah-dan-rububiyah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar