Oleh : Hannan Putra
Imam Thabrani dalam Hadis Hasan Shahihnya pernah menulis sepenggal kisah tentang surga. Surga digambarkan mempunyai tingkatan-tingkatan yang luasnya seluas langit dan bumi.
Suatu kali, setetes minyak harum dari seorang penduduk surga yang berada di atas jatuh menetes ke surga yang ada di bawahnya. Kejadian itu menghebohkan seisi surga yang ada di bawah. Pasalnya, aroma harum dari setetes minyak harum tersebut mengalahkan wangi-wangian seisi jagad di surga bawah itu. Penduduk surga yang ada di bawah bertanya-tanya, dari manakah wangi harum itu? Semerbak wangi yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Dijawablah oleh malaikat penjaga surga, aroma yang sangat harum itu berasal dari tetesan minyak wangi dari seorang penduduk surga yang tinggal di atas mereka. Penduduk surga bawah itu pun makin penasaran, apa yang membuat orang tersebut bisa memasuki surga yang ada di atasnya? Betapa mulianya orang itu, hingga ditempatkan di surga yang ada di bagian atas.
Malaikat pun menjawab. Amal ibadah si pemilik parfum itu pada dasarnya sama dengan orang-orang yang ada di surga bagian bawah. "Namun bedanya, si pemilik parfum itu memiliki zikir yang lebih banyak dari engkau sebanyak satu kali. Maka ia pun ditempatkan di surga yang lebih tinggi," lanjut malaikat itu.
Saat itu, penyesalanlah yang meliputi penduduk surga yang di bawah. Mereka menyesal, mengapa sewaktu di dunia mereka menyia-nyiakan waktu. Andaikan saja, mereka mau lebih banyak untuk berzikir dan beribadah, tentu mereka bisa ditempatkan di surga yang lebih tinggi.
Di Akhirat, penyesalan tidak hanya datang dari penghuni neraka saja. Hadis Riwayat Thabrani ini membuktikan, penduduk surga sekalipun akan menyesali diri di dalam surga. Mereka menyesal, mengapa tidak menyibukkan diri dengan ibadah. Mereka menyesal tidak disibukkan dengan urusan-urusan akhirat, kerja-kerja positif, ibadah, serta hal-hal kebaikan. Mereka beranggapan, mereka telah meremehkan akhirat yang saat itu mereka rasakan betapa besar nilainya.
Hadis ini juga menunjukkan, betapa besar nilai sebuah zikir di hadapan Allah dan mendapat ganjaran yang besar. Dalam hadis lain disebutkan, "Ada dua kalimat yang ringan di lidah, tapi berat timbangannya (di Akhirat). Kalimat itu adalah, 'subhanallahi wabihamdihi' dan subhanallahil 'azhimi'." (HR Bukhari).
Tidakkah hadist ini dapat memotivasi mereka yang ingin memburu akhirat? Jika sebuah zikir yang enteng di lidah saja dihargai dan diberi ganjaran sedemikian besar di akhirat, maka tentu ibadah-ibadah yang lebih berat akan mendapatkan ganjaran yang lebih berat pula. Bagaimana kiranya ganjaran bagi mereka yang menunaikan haji, shalat tahajud sepanjang malam, dan orang-orang yang berjihad/berperang di jalan Allah ? Betapa besar pula ganjaran orang yang bersusah payah menuntut ilmu, menghafal Al Qur'an, mengabdikan diri pada kedua orang tua, dan berbagai aktivitas mulia lainnya. Tentu itu semua mendapatkan ganjaran lebih baik di sisi Allah SWT.
Dalam hadistnya Rasulullah saw bersabda, "Bentengilah diri kalian dari api neraka, walaupun dengan sebutir kurma." (HR.Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Bayangkan saja, dengan bersedekah hanya sebuah kurma atau memberi makan orang berbuka puasa dengan sebuah kirma bisa menjadi tameng dari api neraka. Bagaimana pulalah kiranya mereka yang bersedekah dan membangun masjid, sekolah agama, fasilitas umum, dan sarana pendidikan? Tentu mereka lebih terlindungi dari api neraka selama semua itu IKHLAS KARENA ALLAH SWT SEMATA.
---------------
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/08/13/na8g54-penduduk-surga-pun-menyesal-di-akhirat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar