Semenjak Juli 2011 lalu, Kementerian Agama (Kemenag) RI telah
mencanangkan Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji atau yang lebih dikenal
dengan GEMMAR Mengaji. GEMMAR Mengaji adalah sebuah program untuk
membudayakan membaca Alquran setelah shalat Maghrib di kalangan
masyarakat.
Mengaji Alquran sejak dulu telah menjadi budaya
masyarakat Indonesia. Namun, akhir-akhir ini mengaji sudah mulai
ditinggalkan. Umat Islam lebih asyik mengikuti sinetron dan film seraya
duduk berlama-lama di depan televisi daripada membuka mushaf Alquran.
Inilah yang ingin dikembalikan oleh Kemenag perihal tradisi mengaji
setiap selesai shalat Maghrib dapat kembali dihidupkan di seluruh
pelosok negeri. Masyarakat diajak untuk kembali membuka Alquran kendati
mereka sudah khatam Alquran sebelumnya. Dengan mengaji selepas shalat
Maghrib, pengaruh-pengaruh negatif dari televisi dan media elektronik
lainnya bisa diminimalisasi. Inilah yang dipesankan Wakil Menteri Agama
RI Prof Dr Nasaruddin Umar kepada wartawan Republika, Hannan Putra. Berikut petikan wawancaranya.
Sudah hampir tiga tahun program Maghrib mengaji ini berjalan, bagaimana perkembangannya?
Program Maghrib mengaji ini sudah berjalan baik di masyarakat. Kita
ingin dengan adanya program Maghrib mengaji ini, masyarakat bisa
mengurangi hiburan-hiburan yang ada di luar seperti televisi. Masyarakat
kita imbau agar bisa mengatur televisi untuk anak-anaknya. Diusahakan
tidak menonton TV antara Maghrib dan Isya itu, tetapi difokuskan untuk
waktu-waktu ibadah. Waktu malam itu, selain digunakan anak-anak untuk
belajar, juga bisa untuk pembentukan rohani. Pembentukan karakter itu
paling enak pada malam hari, kan? Sebenarnya ketika malam itulah
anak-anak lebih mudah untuk dibentuk karakternya.
Apa tujuan akhir Maghrib mengaji?
Untuk mengembalikan rasa cinta kepada Alquran. Seperti halnya kita
dulu, justru antara Maghrib dan Isya itu tradisi bangsa kita itu memang
Maghrib mengaji.
Siapa saja sasaran Maghrib mengaji ini?
Kita harapkan, bukan saja anak-anak, tapi harusnya ketika anak-anaknya
mengaji, bapak ibunya juga ikut mengaji. Jadi, waktu rohani antara
Maghrib dan Isya itu benar-benar bisa berjalan efektif untuk membentuk
rohani keluarga. Kita usahakan bagi setiap keluarga itu, ada waktu
khusus untuk mengingat Tuhan. Ada kontemplasi di situ.
Sedapat
mungkin, antara Maghrib sampai Isya, itu kita tidak batal wudhu, kita
usahakan mengaji dan mengajari anak-anak kita tentang akhlak dan
kepribadiannya. Lumayan juga itu bagi anak-anak kita sebab sekarang
anak-anak kan fullday di sekolah sampai jam empat. Jadi, kita usahakan kegiatan anak-anak ini diisi dengan pelajaran-pelajaran keagamaan.
Sejauh ini, di daerah mana yang sudah menjalankan program Maghrib mengaji ini secara efektif?
Saat ini, sudah banyak yang menjalankan. Bahkan, sudah sampai ke
pedalaman Kalimantan. Ada juga di Sulawesi yang sudah terlebih dahulu
mengembangkan. Apalagi yang ada di Pulau Jawa. Rata-rata sudah menyebar,
tetapi sporadis. Di mana-mana ada, di setiap provinsi. Sampai ke Papua
juga ada dan masih ada programnya. Kementerian Agama selalu mengimbau
soal program ini ke daerah.
Banyak muncul komunitas mengaji, apa bisa bersinergi?
Sebenarnya, komunitas itu juga didukung oleh pemerintah. Seperti program one day one juz
(odoj) itu juga didukung pemerintah, saya kemarin yang launching.
Kehadiran komunitas seperti odoj itu sangat penting karena meningkatkan
kesadaran dan kecintaan kita terhadap Alquran. Tetapi jangan lupa,
kecintaan pada Alquran itu tidak cukup dengan hanya menampilkan
emosional sesaat.
Yang lebih penting, penghayatan makna yang
terkandung dalam Alquran itu sendiri sehingga ada di sana pendalaman.
Alquran kalau tidak sampai pada pendalaman, daya cengkeramnya itu
kurang. Tidak hanya sampai di rasional, tapi juga emosional.
Alquran itu bisa merasuk ke dalam diri setiap anak. Dengan demikian,
anak itu bisa beragama secara matang. Jadi, tidak hanya secara
emosional, tapi juga rasional. Kombinasi antara pemahaman logika dengan
spirit rohani. Yang seperti ini yang nantinya akan melahirkan generasi
Qurani.
Ada kesan program pemerintah kalah maju dengan komunitas, di mana kendalanya?
Harusnya kita sinergikan. Bukan hanya program Maghrib mengaji, one day
one juz itu saja, tapi program-program yang lain. Misalkan, ada program
tahfiz sekarang ini. Anak-anak itu kan sedang gemar-gemarnya tahfiz.
Saya baru ikut program menyeleksi program tahfiz kemarin ini. Masya
Allah, ada anak yang baru enam tahun, tapi sudah hafal 29,5 juz. Jadi,
mungkin minggu ini sudah tamat 30 juz. Bagus sekali.
Program ini akan dilanjutkan ke (pemerintah) depan atau dievaluasi?
Iya,
pasti akan kita lanjutkan. Apa pun yang positif, pasti akan kita dukung
dan dilanjutkan. Insya Allah, kita akan berikan pengarahan-pengarahan
kepada kakanwil dan stakeholder yang ada di seluruh Indonesia.rep:hannan putra ed: hafidz muftisany
Tidak ada komentar:
Posting Komentar