Bagi orang beriman, zikir dan tilawah (membaca) Alquran adalah ruh
kehidupan. Tilawah Alquran menjadi seutama-utama zikir bagi setiap umat
Islam. Betapa banyak perintah Allah dalam Alquran yang menyuruh untuk
membaca Kitab-Nya. Sebaliknya, meninggalkan zikir atau tidak membaca
Alquran berarti suatu kematian.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Perbedaan antara orang yang berzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berzikir seumpama orang yang hidup dan yang mati." (HR Bukhari dan Muslim).
Mereka yang tak pernah menyentuh Alquran, tak pernah tergerak lisannya untuk melantunkan ayat-ayat Alquran dan tidak pernah basah mulutnya karena berzikir diibaratkan seperti zombi yang ada di muka bumi. Hadis ini secara jelas mengatakan, orang-orang tersebut tak ubahnya seperti mayat yang berjalan.
Pantas saja, mereka ini tak punya perasaan iba ketika melihat penderitaan orang disekelilingnya, tak pernah tersentuh dengan kehidupan di lingkungan sosialnya, dan tak pernah terpanggil untuk berubudiah kepada Allah SWT. Itulah alasan mengapa orang-orang yang tidak berzikir serta jauh dari Alquran disebut sebagai orang yang mati.
Rumah orang yang tidak berzikir dan tak pernah diperdengarkan bacaan Alquran juga diistilahkan sebagai kuburan. Apa bedanya, rumah yang tidak ada bacaan Alquran dengan kuburan tempat orang yang sudah meninggal? Keduanya sama-sama sebagai tempat orang mati.
Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu jadikan rumah-rumah kamu itu sebagai kuburan. Sesungguhnya, setan itu lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surah al-Baqarah.” (HR Muslim)
Inilah penyebab kegersangan jiwa dalam tubuh umat Islam. Di rumah-rumah keluarga Muslim, mushaf Alquran hanya menjadi pajangan di lemari-lemari indah tanpa tersentuh tangan. Mushaf Alquran hanya tinggal pajangan, bukan lagi bacaan. Tak terbayangkan, akan seperti apakah 'zombi-zombi' itu menjalani aktivitas sehari-hari.
Terlebih, kegersangan jiwa ini jangan sampai pula menjangkiti para pemimpin di negeri ini. Tak terbayangkan jika suatu negeri dipimpin seorang zombi yang tak pernah menyentuh Alquran.
Ketika Rasulullah SAW akan mengutus Mu'adz bin Jabbal RA sebagai seorang gubernur ke Yaman, terlebih dahulu Beliau SAW menanyakan beberapa hal. "Dengan apa engkau menghukum wahai Mu'adz?" tanya Rasulullah.
Dengan mantap, Mu'adz menjawab, "(Dengan) Kitabullah.” Rasul bertanya lagi, “Bagaimana jika tidak kamu jumpai dalam Kitabullah?” Mu’adz menjawab, “Saya menghukum dengan sunah Rasul-Nya.”
“Jika tidak kamu temui juga dalam sunah Rasulullah?" tanya Rasulullah berikutnya. "Saya pergunakan akal pikiran saya untuk berijtihad dan saya takkan berlaku sia-sia," jawab Mu'adz dengan sungguh-sungguh.
Mendengar itu, berseri-serilah wajah Rasulullah. Beliau SAW kemudian bersabda, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik kepada kamu sebagai utusanku yang telah aku ridhai." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
Pertanyaannya, bagaimana mungkin seorang pemimpin mendapat ridha dari Allah SWT, sementara ia jauh dari Alquran? Apakah mungkin seorang pemimpin akan berhukum dengan Kitabullah dan sunah Rasul, sementara untuk membacanya saja sangat jarang.
Membaca Alquran itulah yang menjadi ruh bagi setiap Muslim. Itulah yang menjadikan seorang Muslim bisa dikatakan hidup. Bagaimana halnya, jika seorang pemimpin bangsa mempunyai ruh yang lemah?
Lihatlah betapa kuat ruh para sahabat terdahulu. Amirul Mukminin Umar Bin Khattab bisa melihat secara ghaib pasukan Islam yang terkepung di medan perang. “Lari ke arah bukit,” teriak Umar ketika ia sedang berkhutbah. Ternyata, Umar diperlihatkan secara ghaib akan kondisi pasukan Islam yang tengah terkepung.
Hal ini menjadi sesuatu yang lumrah terjadi bagi orang yang hidup hatinya dan senantiasa terkoneksi dengan Sang Khalik. Bukan tak mungkin, Allah SWT memberikan karamah dan kelebihan bagi seorang pemimpin yang selalu mengingat-Nya. Adakah pemimpin abad ini yang bisa seperti Umar bin Khattab?
rep:hannan putra ed: hafidz muftisany
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/14/06/06/n6qgo75-hidup-dengan-alquran-jangan-mau-jadi-zombi
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Perbedaan antara orang yang berzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berzikir seumpama orang yang hidup dan yang mati." (HR Bukhari dan Muslim).
Mereka yang tak pernah menyentuh Alquran, tak pernah tergerak lisannya untuk melantunkan ayat-ayat Alquran dan tidak pernah basah mulutnya karena berzikir diibaratkan seperti zombi yang ada di muka bumi. Hadis ini secara jelas mengatakan, orang-orang tersebut tak ubahnya seperti mayat yang berjalan.
Pantas saja, mereka ini tak punya perasaan iba ketika melihat penderitaan orang disekelilingnya, tak pernah tersentuh dengan kehidupan di lingkungan sosialnya, dan tak pernah terpanggil untuk berubudiah kepada Allah SWT. Itulah alasan mengapa orang-orang yang tidak berzikir serta jauh dari Alquran disebut sebagai orang yang mati.
Rumah orang yang tidak berzikir dan tak pernah diperdengarkan bacaan Alquran juga diistilahkan sebagai kuburan. Apa bedanya, rumah yang tidak ada bacaan Alquran dengan kuburan tempat orang yang sudah meninggal? Keduanya sama-sama sebagai tempat orang mati.
Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu jadikan rumah-rumah kamu itu sebagai kuburan. Sesungguhnya, setan itu lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surah al-Baqarah.” (HR Muslim)
Inilah penyebab kegersangan jiwa dalam tubuh umat Islam. Di rumah-rumah keluarga Muslim, mushaf Alquran hanya menjadi pajangan di lemari-lemari indah tanpa tersentuh tangan. Mushaf Alquran hanya tinggal pajangan, bukan lagi bacaan. Tak terbayangkan, akan seperti apakah 'zombi-zombi' itu menjalani aktivitas sehari-hari.
Terlebih, kegersangan jiwa ini jangan sampai pula menjangkiti para pemimpin di negeri ini. Tak terbayangkan jika suatu negeri dipimpin seorang zombi yang tak pernah menyentuh Alquran.
Ketika Rasulullah SAW akan mengutus Mu'adz bin Jabbal RA sebagai seorang gubernur ke Yaman, terlebih dahulu Beliau SAW menanyakan beberapa hal. "Dengan apa engkau menghukum wahai Mu'adz?" tanya Rasulullah.
Dengan mantap, Mu'adz menjawab, "(Dengan) Kitabullah.” Rasul bertanya lagi, “Bagaimana jika tidak kamu jumpai dalam Kitabullah?” Mu’adz menjawab, “Saya menghukum dengan sunah Rasul-Nya.”
“Jika tidak kamu temui juga dalam sunah Rasulullah?" tanya Rasulullah berikutnya. "Saya pergunakan akal pikiran saya untuk berijtihad dan saya takkan berlaku sia-sia," jawab Mu'adz dengan sungguh-sungguh.
Mendengar itu, berseri-serilah wajah Rasulullah. Beliau SAW kemudian bersabda, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik kepada kamu sebagai utusanku yang telah aku ridhai." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
Pertanyaannya, bagaimana mungkin seorang pemimpin mendapat ridha dari Allah SWT, sementara ia jauh dari Alquran? Apakah mungkin seorang pemimpin akan berhukum dengan Kitabullah dan sunah Rasul, sementara untuk membacanya saja sangat jarang.
Membaca Alquran itulah yang menjadi ruh bagi setiap Muslim. Itulah yang menjadikan seorang Muslim bisa dikatakan hidup. Bagaimana halnya, jika seorang pemimpin bangsa mempunyai ruh yang lemah?
Lihatlah betapa kuat ruh para sahabat terdahulu. Amirul Mukminin Umar Bin Khattab bisa melihat secara ghaib pasukan Islam yang terkepung di medan perang. “Lari ke arah bukit,” teriak Umar ketika ia sedang berkhutbah. Ternyata, Umar diperlihatkan secara ghaib akan kondisi pasukan Islam yang tengah terkepung.
Hal ini menjadi sesuatu yang lumrah terjadi bagi orang yang hidup hatinya dan senantiasa terkoneksi dengan Sang Khalik. Bukan tak mungkin, Allah SWT memberikan karamah dan kelebihan bagi seorang pemimpin yang selalu mengingat-Nya. Adakah pemimpin abad ini yang bisa seperti Umar bin Khattab?
rep:hannan putra ed: hafidz muftisany
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/14/06/06/n6qgo75-hidup-dengan-alquran-jangan-mau-jadi-zombi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar