Menghafal di usia muda, bagai mengukir di atas batu
Menghafal di usia tua, bagai mengukir di atas air
Ini adalah pepatah lama yang
sering kita dengar sejak dari bangku SD. Ini adalah nasihat indah yang
mengingatkan anak-anak kecil agar bersemangat dalam belajar. Agar menggunakan
waktu emas dengan sebaik-baiknya untuk menuntut ilmu yang bermanfaat. Tapi lalu
apa jadinya kalau pepatah ini diucapkan oleh orang tua untuk dirinya sendiri?
Inilah yang sering saya dapatkan
ketika ada calon murid yang mau bergabung ke LTQ Al-Hikmah. Dari yang usianya
diatas 70 tahun, 50-an, 40-an, sampai baru 30-an, semuanya menganggap dirinya
terlalu tua untuk mulai belajar menghafal Al-Qur'an.
Alhamdulillah kalau beliau-beliau
ngomong seperti itu, lalu kemudian beneran ikut bergabung ke halaqoh
Tahsin / Tahfizh. Yang kadang terjadi, mereka cuma mengantarkan teman, anak,
cucu, saudara atau bawahannya untuk ikut mengaji, sementara ia sendiri pulang
lagi dengan jawaban diplomatis bertema 'tua',
"Wah, kalo saya sih udah
ketuaan kali kalo ikut ngaji sekarang. Udah susah."
"Saya pengen anak saya
ngafal Qur'an biar jadi hafizh. Biar nggak kayak bapaknya! Udah tua
susah ngaji. Pengennya sih pengen ikut ngaji. Tapi gimana lagi, repot
kerjaan."
"Kan katanya kalo ngafal
udah tua itu kayak ngukir di atas air, ya! Susah banget! Udah nggak bisa! Otaknya
udah bebal."
Dan beberapa tipe komentar
sejenis yang tidak saya ingat detailnya.
Yang lebih repot lagi kalau yang datang itu adalah ustadz atau imam masjid
yang sedang bawa anaknya. (yang sering
saya dapatkan, anak-anak beliau-beliau ini biasanya pintar dan cepat dalam
belajar--insya Allah karena didikan orang tuanya). Yang biasa jadi imam sholat
bapaknya, tapi yang disuruh ngafal Qur'an malah anaknya. Padahal masih
lama masanya bagi si anak untuk menggantikan posisi sang ayah sebagai imam yang
kadang masih mengalami lahn jali ketika menjadi imam.
Terlalu Tua Untuk Menghafal
Sungguh kita harus meluruskan
lagi cara pandang kita tentang yang satu ini. Menghafal Al-Qur'an sangat kita
butuhkan, karena kita harus sholat. Lebih kita butuhkan lagi, kalau kita
menjadi imam dalam sholat. Mau membaca Al-Baqoroh atau Al-Ikhlash, bacaan kita
harus tartiil dan itu menuntut kita untuk belajar tahsin tilawah.
Karenanya, tidak ada alasan bagi
kita untuk tidak memulai dengan anggapan "saya terlalu tua untuk
menghafal". Tidak mungkin kita menunggu muda kembali agar mau menghafal.
Waktu itu berjalan maju dan tidak pernah kembali lagi. Jika di usia tua kita
memaksakan diri untuk mengerti teknologi karena tidak ingin menjadi bodoh di
dunia yang berpengetahuan, maka bagaimana bisa kita tidak memaksakan diri untuk
belajar Al-Qur'an padahal gerakan kaum muslimin sekarang sedang menuju ke arah
sana?
Menghafal Al-Qur'an adalah
tradisi keilmuan Islam paling tua di muka bumi ini, lebih tua dari pelajaran
Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sejarah, Ilmu Sosial dan semua turunannya, Ilmu
Alam dan semua turunannya, Ilmu Hisab dan semua turunannya, serta semua ilmu
Islam yang kita kenal sekarang ini. Menghafal Al-Qur’an adalah sebuah ilmu yang dimulai oleh Rasulullah sendiri
ketika beliau menerima wahyu pertama di gua Hiro.
Ingatlah bahwa meskipun
perintahnya adalah Iqro', Rasulullah membaca Surat Al-'Alaq tidak sambil
melihat mush-haf. Dan ingatlah bahwa biarpun Rasulullah adalah orang
Arab yang paling fasih berbahasa Arab, Rasulullah harus mengulangi bacaan
Al-Qur'an berkali-kali sampai Jibril melepaskan pelukannya.
Nah, berapa kira-kira usia
Rasulullah saat pertama kali membaca dan menghafal Al-Qur'an?
Usia Tua Para Sahabat
Jika kita cek kapan Rasulullah dan
para sahabat mulai menghafal Al-Qur'an, apalagi jika itu sahabat muhajirin,
maka hanya 'Ali lah satu-satunya sahabat pertama Rasulullah yang menghafal
Al-Qur'an di usia anak-anak. Sisanya, minimal belasan tahun dan bahkan tidak
sedikit yang sudah sepuh. Kita ambil contoh sedikit saja, dari usia Rasulullah, istri pertama beliau dan 10 sahabat
yang dijamin masuk surga :
Dari data di atas dapat kita
ambil catatan bahwa:
- 1 orang menghafal di usia
anak-anak (di bawah 12 tahun)
- 4 orang menghafal di usia
remaja (usia belasan tahun)
- 3 orang menghafal di usia
pemuda (antara 20 s.d. 30 tahun)
- 3 orang menghafal di usia
dewasa (antara 31 s.d. 40 tahun)
- 1 orang menghafal di usia tua
(di atas 50 tahun)
Jadi, dari awal Islam datang,
penghafal Al-Qur'an itu sudah beragam usianya. Dari mulai anak-anak, remaja,
pemuda, dewasa hingga yang berusia lanjut. Jadi tidak ada alasan bahwa "saya
terlalu tua untuk mulai menghafal".
Bagaikan mengukir di Atas Air
Jika menghafal di usia tua itu
seperti mengukir di atas air, maka jangan khawatir karena sekarang sudah ada
banyak cara untuk melakukannya. Airpun bisa diukir dan menjadi ukiran yang indah. Caranya:
Pertama, kita bekukan terlebih dahulu air tersebut.
Kedua, kita pahat dengan alat yang khusus dengan kesabaran yang khusus.
Ketiga, pertahankan ukiran dengan mempertahankan suhu dinginnya dan dengan terus merapikan ukiran itu agar tetap sesuai dengan bentuk asalnya.
Pertama, kita bekukan terlebih dahulu air tersebut.
Kedua, kita pahat dengan alat yang khusus dengan kesabaran yang khusus.
Ketiga, pertahankan ukiran dengan mempertahankan suhu dinginnya dan dengan terus merapikan ukiran itu agar tetap sesuai dengan bentuk asalnya.
Lalu, setelah selesai, Andapun bisa memajang ukiran air itu di acara-acara publik dan membuat semua orang takjub dengan keajaiban itu....
Selamat memahat air anda sendiri...
--------------
Sumber : http://www.nurulfurqon.org/2014/02/usia-ideal-menghafal-al-quran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar