oleh:Hannan Putra--
Isra' Miraj adalah peristiwa yang luar biasa. Untuk
itulah, ketika menyebutkan peristiwa ini Allah SWT memulainya dengan
ucapan tasbih. "Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam …." (QS al-Israa' [17]: 1).
Menurut Ketua Gerakan
Pembangunan Kebiasaan Shalat Berjamaah (GPKSB) Akhmad Tefur SSi, kalimat
tasbih identik dengan hal luar biasa. Seperti halnya, peristiwa Isra'
Miraj dan juga perintah shalat yang diberikan Allah dalam peristiwa
tersebut.
Tefur menerangkan, Allah sering menggunakan kata
ganti shalat di dalam Alquran dengan kata rukuk dan sujud. Misalnya,
dalam surat al-Baqarah disebutkan, "... dan rukuklah bersama orang-orang
yang rukuk." (QS al-Baqarah [2]:43).
"Maksudnya di sini bukan rukuk berjamaah, tapi tunaikanlah shalat secara berjamaah," terang Tefur.
Demikian juga dengan sujud, seperti diterangkan dalam ayat lain, "...
bersihkanlah rumah-Ku (Masjidil Haram) untuk orang-orang yang tawaf,
yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud.” (QS al-Baqarah [2]:125).
Jadi, rukuk dan sujud adalah salah satu rukun di dalam shalat yang
menggambarkan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah. Di dalamnya dibaca
bacaan tasbih yang menyucikan Allah SWT.
"Rukuk dan sujud itu
yang dibaca tasbih, tasbih adalah shalat, dan shalat ketika menjemput
perintahnya dalam peristiwa Isra' Miraj itu juga dimulai dengan tasbih,"
papar Tefur.
Namun, peristiwa luar biasa itu tidak semata-mata
hanya untuk menjemput perintah shalat lima waktu. Ketua PBNU KH Said
Aqil Siraj menambahkan, latar belakang peristiwa tersebut sebagai bentuk
keprihatinan Allah SWT kepada Rasul-Nya yang diterpa berbagai masalah
dan penderitaan. Allah SWT ingin memberikan 'paket tamasya' ke ujung
langit (Sidratul Muntaha) kepada Nabi Muhammad yang banyak mengalami
keperihan hidup.
Setahun sebelum hijrah adalah masa-masa
tersulit bagi Rasulullah SAW. Ditinggal istri tercinta Khadijah RA,
berikut meninggalnya paman beliau, Abu Thalib. Semenjak itu, kafir
Quraisy benar-benar semena-mena kepada beliau. Rasulullah bahkan sempat
diusir dari Makkah dan mencari perlindungan ke Thaif. Alih-alih mendapat
perlindungan, Rasul SAW bahkan dilempari batu hingga berdarah-darah.
Ketika itulah Rasul berdoa kepada Allah.
"Jadi, tujuan utama
Isra' Miraj itu awalnya bukan untuk menjemput perintah shalat, tetapi
memberikan semacam solusi dari permasalahan yang dihadapi Nabi ketika
itu," papar Kiai Said Agil kepada Republika, Sabtu (17/5).
Setelah mendapat paket tamasya itu, Allah SWT memberikan 'oleh-oleh'
berupa perintah shalat. Oleh-oleh itulah yang menjadi senjata bagi
Rasulullah dan umatnya dalam menghadapi masalah. Dengan adanya shalat,
hamba yang mendapat masalah mempunyai akses langsung untuk mengadukan
masalahnya kepada Allah Sang Maha Pemberi Solusi.
"Jadi, shalat menjadi solusi dari berbagai masalah kita. Seperti halnya Nabi ketika itu," papar Kiai Said Agil.
Ketua umum Persatuan Islam (Persis) Prof Dr KH Maman Abdurrahman
menambahkan, peristiwa Isra' dan Miraj bagi umat Islam jangan hanya
sebatas peringatan. Hendaklah peristiwa luar biasa itu menjadi momen
untuk meningkatkan kualitas keimanan umat Islam untuk menjadi karakter
yang lebih baik.
Menurutnya, perintah shalat sebagai buah
hasil dari Isra' Miraj tersebut merupakan media penempaan bagi seorang
Muslim untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
"Mestinya, mereka
yang suka melaksanakan peringatan itu, bagaimana menjadikan kualitas
shalat mereka bisa meningkatkan karakter. Karena, dalam shalat itu
sebenarnya ada pendidikan karakter di situ," terang Kiai Maman.
Ia menerangkan, secara filosofis, setiap gerakan yang ada di dalam
shalat mengandung makna pendidikan karakter. Bahkan, dengan berwudhu
saja sudah dapat dimaknai dan menjadi pelajaran bagi umat Islam.
"Misalkan saja dengan berwudhu ada pendidikan karakter bahwa kita wajib
memelihara lingkungan," terangnya. Seseorang yang berwudhu harus
menggunakan air mutlaq, yakni yang terpelihara kesuciannya. Untuk
itulah, seorang mukmin tidak boleh mengotori lingkungan.
Ia
melanjutkan, ketika seseorang berkumur-kumur, hendaklah dimaknai dengan
membersihkan mulut dari segala ucapan yang kotor. "Jadi, bukan hanya
sekadar kebersihan fisiknya saja," terang Maman. Demikian juga dengan
anggota wudhu yang lain. Jadi, seseorang yang berwudhu tidak mungkin
melangkahkan kaki atau mengayunkan tangan ke tempat yang tidak baik.
Inilah sebenarnya yang ditekankan sebagaimana disebutkan dalam Alquran,
"... sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar....” (QS al-Ankabut [29]: 45). "Itu ibrah yang paling utama
dalam shalat itu," tegas Maman.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/14/05/23/n60jc415-mencari-solusi-dengan-shalat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar