Apa hukum puasa setelah nisfu syaban, mohon penjelasan..!
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu
‘ala rasulillah, amma ba’du,
Terdapat hadis dari Abu Hurairah
radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud 2337)
Dalam hadis yang lain, yang juga
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari
sebelum Ramadhan, kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka
bolehlah ia berpuasa.” (HR.
Bukhari 1914 dan Muslim 1082).
Di sisi lain, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam merutinkan puasa
selama sya’ban. Bahkan beliau melakukan puasa sya’ban sebulan penuh. Dari
A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,
“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban.
Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari 1970 dan Muslim 1156)
Demikian pula yang disampaikan Ummu
Salamah radhiallahu ‘anha. beliau mengatakan,
“Saya belum pernah melihat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan
Ramadhan.” (HR. An Nasa’i 2175, At-Turmudzi 736 dan dishahihkan Al-Albani).
Dari beberapa hadis di atas, kita
mendapatkan dua premis yang zahirnya bertentangan,
1. Dilarang melakukan puasa sunah
setelah masuk pertengahan puasa syaban
2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam melakukan puasa syaban hampir sebulan penuh, dan dipastikan setelah
masuk pertengahan beliau juga puasa.
Namun sejatinya, jika kita
perhatikan, tidak ada pertentangan dari hadis-hadis di atas. Para ulama telah
menjelaskan, bagaimana mengkompromikan beberapa hadis di atas, sehingga
semuanya tetap berlaku. Salah satu penjelasan itu, disampaikan oleh
Al-Qurthubi. Beliau menjelaskan tentang cara mengkompromikan hadis, hadis di
atas. Beliau mengatakan,
“Tidak ada pertentangan antara hadis yang melarang
puasa setelah memasuki pertangahan Sya’ban, serta hadis yang melarang
mendahului ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya, dengan hadis
yang menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyambung puasa
Sya’ban dengan puasa Ramadan.
Kompromi memungkinkan untuk
dilakukan, dengan memahami bahwa hadis larangan puasa berlaku untuk orang yang
tidak memiliki kebiasaan berpuasa sunah. Sementara keterangan untuk rajin puasa
di bulan Sya’ban dipahami untuk orang yang memiliki kebiasaan puasa sunah, agar
tetap istiqamah dalam menjalankan kebiasaan baiknya, sehingga tidak terputus.”
(Aunul Ma’bud, 6/330).
Sejatinya kompromi semacam ini telah
dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah di atas, tentang larangan berpuasa sehari
atau dua hari menjelang ramadhan. Dalam hadis itu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memberikan pengecualian, “kecuali seseorang yang punya
kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.” Puasa sunah ini mencakup
puasa sunah selama setahun, seperti senin-kamis, daud, 3 hari tiap bulan, atau
puasa sunah sya’ban yang sudah dirutinkan sejak awal.
Sementara bagi mereka yang tidak
memiliki kebiasaan puasa sunah, baik puasa sunah tahunan atau dia tidak ada
keinginan untuk rajin berpuasa selama sya’ban, maka tidak dibolehkan baginya
untuk berpuasa setelah memasuki pertengahan sya’ban.
Kebiasaan ini sempat kita jumpai
pada sebagian orang yang melakukan pemanasan dengan melatih diri untuk berpuasa
ketika hendak memasuki ramadhan.
Allahu a’lam..
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits
(Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar