REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr Miftah Faridl
Pada tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya, sekitar 200.000
saudara-saudara sebangsa se-Tanah Air meninggalkan Tanah Air untuk
melaksanakan rukun Islam yang kelima, Ibadah Haji.
Ibadah Haji
satu-satunya ibadah yang terpaksa harus dibatasi jumlah pesertanya.
Pembatasan ini disebabkan ibadah haji tidak hanya ketat waktu tapi juga
ketat tempat.
Perluasan tempat-tempat pelaksanaan ibadah haji dapat melahirkan masalah, karena tempatnya sudah ditetapkan oleh Nabi SAW.
Ibadah
haji senantisa memberikan kesan-kesan spiritual yang sering sulit
dilupakan. Orang yang pulang ibadah Haji sering menjadi ketagihan ingin
kembali ke tanah suci.
Hampir tidak pernah terjadi orang kapok melaksanakan haji. Sesuatu yang menjadi daya tarik dari ibadah haji itu ialah ni’mat ibadah dan do’a ketika haji hampir senantisa dikabulkan.
Tentang ni’mat ibadah hampir setiap orang yang melaksanakan haji mendapatkan kepuasan spiritual ketika thawaf, ketika shalat di Maqam Ibrahim, di Hijir Ismail, di Raudlah dan terutama ketika Wukuf di ‘Arafah.
Apa
yang dinyatakan Rasulullah SAW ketika menjelaskan tentang ihsan yaitu
''Sembahlah olehmu Allah seolah-olah kamu melihat Allah'', sangat terasa
ketika ibadah Haji.
Ketika berzikir, berdo’a, beristigfar di
tempat-tempat tertentu, air mata mengalir, terasa begitu dekat dengan
Allah. Selama di Makkah, jamaah menikmati shalat jamaah di Masjdil
Haram, mereka menikmati zikir, bertasbih, bertahmid, beristigfar.
Selama
beberapa hari di kota Makkah ada yang sempat thawaf lebih dari 50 kali,
berangkat ke masjid dua jam sebelum waktu shalat fardlu, selama ibadah
haji ada yang mampu menamatkan baca Al Qur’an sebanyak lebih dari lima
kali.
Tentang do’a, tidak sedikit jamaah haji yang berhasil
mendapatkan apa yang sebelumnya sulit mereka dapatkan. Ada yang sakitnya
sembuh, ada yang berhasil mendapatkan jodoh, mendapatkan keturunan, dan
lain-lain.
Ibadah Haji sarat dengan latihan dan tantangan yang
ujungnya kenikmatan. Proses ibadah Haji sarat dengan latihan kesabaran,
keuletan, ketekunan dan kepasrahan juga kebersamaan yang selalu
mengesankan.
Dengan pakaian ihram yang putih tak berjahit
melambangkan kesederhanaan, kesamaan dan kesucian. Juga menanggalkan
identitas-identitas kebangsaan, kebesaran dan identitas-identitas
eklusif lainnya.
Ketika berihram, tidak boleh mencabut
tumbuh-tumbuhan, tidak boleh membunuh hewan buruan. Mereka yang berihram
dilatih untuk mencintai lingkungan, mendidik seorang untuk menjadi
rahmat, kasih sayang kepada fauna dan flora sebagai wujud rahmatan lil’alamin.
Kalimat talbiyah yang mesti diulang-ulang memantapkan tekad dan karakter unggul. ''Kami
datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, puji hanya
milik-Mu, kenimatan sepenuhnya anugrah dari-Mu, kekuasaan juga adalah
milik-Mu''.
Kehadiran jamaah Haji sekitar tiga juta manusia
yang datang dari berbagai negara, bangsa dan suku dengan ibadah yang
sama, pakaian yang sama semacam mu’tamar besar Umat Islam sedunia. Silaturrahim besar berbagai bangsa.
Orang yang beribadah haji disebut Duyufurrahman (tamu-tamu Allah) berkunjung ke rumah Allah; Sebagai tamu Allah maka yang menerimanya adalah Allah, shahibulbaitnya
adalah Allah, hidangannnya dari Allah, jamuannya anugerah dari Allah
berupa rahmat Allah, barokah Allah dan magfirah dari Allah.
Proses
ibadah Haji semacam perjalanan hidup yang dipadatkan. Dalam perjalanan
hidup, seseorang akan memperoleh hasil panen tergantung apa yang ia
tanam. Kalau ia menanam kebaikan ia ada harapan panen kebaikan.
Sebaliknya
seseorang yang banyak menanam kejelekan, ia akan mendapat panen
kejahatan. Dalam prosesi ibadah Haji panen kebaikan atau kejelekan itu
ukurannya bukan bulan dan bukan tahun tapi jam dan menit.
Tawaf melambangkan perjuangan dengan berbagai cara. Singkat, cepat,
penuh tantangan atau lambat, lama, tapi minim tantangan. Semuanya harus
terkait dengan tauhid yang dilambangkan dengan Ka'bah.
Sa'i melambangkan perjuangan keras yang harus ditempuh seseorang
untuk memperoleh anugerah Allah yang dilambangkan dengan air zamzam.
Melempar jumrah melambangkan usaha yang sungguh-sungguh melemparkan
karakter-karakter yang tidak baik yang ada pada tujuh anggota badan.
Dan, puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah, semacam drama
kolosal. Refleksi peristiwa kemanusiaan, semacam gladi resik Mahsyar. Di
dalamnya adalah pengakuan dan pertobatan.
Haji mabrur pahalanya surga. Ada dosa-dosa yang tidak termaafkan kecuali dengan wukuf di Arafah. Wallahu 'alam.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/10/11/muh5s0-haji-sarat-hikmah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar