" ...
Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhan - mu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu dan menyempurnakan
kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja
yang dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu..." (QS. Al - Infitar : 6 - 8)
Kita sering
menyebut mereka cacat. Hanya karena matanya yang tak dapat melihat, telinga
yang tak mampu mendengar, lisan yang tak mampu berkata - kata, kaki yang tak
mampu melangkah, tangan yang tak bisa melakukan apapun. Label yang di berikan
manusia lain yang merasa dirinya sempurna. Padahal Allah selalu menciptakan
segala sesuatu dengan sempurna. Tak ada satupun ciptaanNya yang tak sempurna.
Bahkan manusia adalah sebaik - baiknya ciptaan Allah.
Tak ada
satupun kejadian yang tak mengandung hikmah. Manusia di tuntut untuk pandai
memaknainya seperti yang Allah tuntun dalam Al - Qur'an. Kadang dengan tubuh
yang lengkap dan 'sempurna' kita justru sering menyombongkan tubuh pinjaman
ini.
Suatu ketika
seseorang bertanya, "Kenapa Allah menciptakan orang cacat ?"
Saya jawab
bahwa Allah tidak pernah menciptakan sesuatu yang cacat, cacat hanya label yang
di berikan oleh manusia lain. Semua manusia sempurna di hadapanNya.
Mereka yang
di beri kekurangan oleh Allah sebenarnya di jadikan alat bagiNya untuk
mengajarkan kita agar lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini.
Mereka yang kita sebut cacat adalah jalan bagi kita untuk lebih menghargai apa
yang Allah berikan dan bersyukur dengan segala nikmat - nikmat yang ada.
Mereka yang
di ciptakan Allah tanpa mata, sedang di jaga oleh Allah agar tak bermaksiat
dengan matanya. Tapi dari mereka kita bisa melihat banyak hal yang menakjubkan.
Seorang Beethouven yang tuna rungu mampu mempesona kita dengan karya - karyanya
yang luar biasa indah. Seorang tuna rungu mengarang begitu banyak simponi lagu
yang sulit dan indah.
Mereka yang
“cacat” tidak pernah minta di lahirkan dalam kondisi demikian. Keadaan tersebut
sebenarnya menjadi sebuah pelajaran berharga yang ingin Allah sampaikan pada
kita. Mampukah si “cacat” tetap bersyukur dengan keadaan yang dimilikinya ? dan
bagi kita yang dilahirkan dengan normal mestinya bisa lebih bersyukur lagi di
lahirkan dengan keadaan yang jauh lebih baik.
Rasa syukur
itu bisa kita wujudkan dengan memaksimalkan potensi diri untuk berbuat baik
kepada sesama, dan membantu mereka yang memiliki keterbatasan itu. Bukan justru
mengolok - olok dan menganggap remeh mereka. Karena bisa jadi mereka jauh lebih
baik dari kita.
Ternyata
keterbatasan tidak membuat mereka berbeda dengan yang normal dan lengkap secara
jasmani. Bahkan kiprah mereka jauh lebih banyak dari yang di lakukan orang
normal. Dari sini seharusnya kita yang normal ini mampu bercermin dari semangat
dan kegigihan mereka. Dari mereka kita harus mampu mengambil banyak pelajaran
yang bisa kita terapkan dalam meraih prestasi. Kalau mereka yang berada dalam
kondisi terbatas saja mampu melakukannya, seharusnya kita bisa melakukannya
lebih baik lagi.
Yang
terutama dari semua itu adalah bentuk rasa syukur kita terhadap apa yang sudah
kita terima sebagai nikmat. Sikapi semua kejadian dengan sikap terbaik kita.
Lihatlah saudara - saudara kita yang hidup dengan keterbatasan sebagai cermin
untuk rasa syukur kita.
--------------------
Sumber : http://www.kompasiana.com/maya.purnami/kita-bilang-mereka-cacat_54ff4d99a33311bd4c50fb0e
--------------------
Sumber : http://www.kompasiana.com/maya.purnami/kita-bilang-mereka-cacat_54ff4d99a33311bd4c50fb0e
Tidak ada komentar:
Posting Komentar